Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

3 sifat pembawa celakaSiapa yang mau celaka? Tentunya semua orang sepakat menjawab tak akan ada yang mau mengalaminya. Sebagai orang berakal, tentunya kita pun mesti menjauhi hal-hal yang bisa mencelakai diri kita. Namun tahukah Anda apa kecelakaan terbesar yang bisa dialami seseorang? Kecelakaan terbesar yang didapatkan seorang hamba adalah masuknya ia ke dalam api neraka, naudzubillah.

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya mengenai 3 sifat pembawa celaka yang bisa mengantarkan ke jurang neraka. Mari kita simak:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian siapa penghuni surga? Merekalah orang yang lemah lagi diremehkan orang lain. Namun jika dia bersumpah dengan menyebut nama Allah, pasti Allah akan mengabulkannya. Maukah aku kabarkan pada kalian siapa penghuni neraka? Merekalah orang yang kasar, tak sabaran lagi sombong.” (HR. Al-Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853)

Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan 3 sifat yang bisa membuat seseorang terjerumus ke dalam jurang neraka.

1. Sifat kasar (Al-‘Utul)
2. Sifat tak sabar (Al-Jawwazh)
3. Sifat sombong (Al-Mustakbir)

Semoga Allah menjauhkan kita dari ketiga sifat tersebut.

Sifat Kasar (Al-‘Utul)

Sifat kasar ini berasal dari hati seseorang yang jauh dari keimanan dan amal shalih. Normalnya seseorang ketika dia melihat tanda kekuasaan Allah, melihat orang-orang shalih yang berbuat ketaaatan, maka hatinya akan melembut. Akan tetapi tidak dengan orang ini, melihat hal tersebut justru hatinya semakin mengeras. Kerasnya hati ini kemudian berpengaruh pada sikapnya yang kasar, mudah bahkan merasa bangga ketika bermaksiat kepada Allah dan menzhalimi sesama makhluk.

Seperti orang-orang Yahudi di zaman Nabi Musa yang Allah ceritakan dalam Al Quran ketika mereka melihat tanda kekuasaan Allah dengan menghidupkan orang yang sudah mati di hadapan mereka setelah dipukul dengan salah satu bagian tubuh sapi betina yang mereka sembelih, sehingga orang mati tersebut bisa mengabarkan kepada masyarakat tentang siapa pembunuhnya kemudian Allah matikan kembali orang itu. Melihat kejadian luar biasa seperti itu, bukannya menambah keimanan mereka tapi justru membuat hati mereka semakin keras. Allah berfirman tentang mereka:

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah 2: 74)

Sifat Tak Sabar (al Jawwazh)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata mengenai makna Al-Jawwazh ini, “kata al Jawwazh, ada banyak tafsirannya. Ada yang mengatakan maknanya yaitu orang yang serakah lagi pelit. Akan tetapai yang lebih kuat maknanya adalah seorang yang tidak bisa bersabar” (Syarah Riyadhus Shalihin 2/28)

Sebagaimana sikap sabar ada 3 macam, demikian pula sikap tak sabar ini: tak sabar dengan godaan maksiat, tak sabar menerima ketentuan Allah, dan tak sabar dalam beribadah kepada Allah. Sikap tak sabaran ini, benar-benar bisa membawa seseorang terjatuh pada api neraka.

Pertama, hilangnya kesabaran menahan goadaan bermaksiat. Sikap ini jelas bisa membawa ke jurang neraka dengan maksiat yang dia lakukan. Maksiat memang manis, banyak orang rela melakukannya walaupun harus berkorban waktu, tenaga, harta bahkan nyawa.

Sedangkan ketaatan, kadang yang gratis saja banyak orang yang lalai melakukannya. Padahal lezatnya bermaksiat itu akan segera hilang setelah maksiat selesai dilakukan dan yang tersisa adalah dosanya. Adapun lelahnya berbuat taat akan segera hilang setelah ketaatan tersebut selesai dilakukan dan yang tersisa adalah pahalanya.

Kedua, hilangnya kesabaran menerima ketentuan Allah. Sikap tak sabar menerima ketentuan Allah bisa membawa seseorang kepada jurang neraka karena dia menyikapi ketentuan Allah dengan hal-hal yang justru dilarang oleh Allah. Ada sebuah hadits yang menceritakan bagaimana seorang yang hilang kesabaran dalam menerima ketentuan Allah ini bisa menyeretnya ke dalam api neraka.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (2898) dan Muslim (112) terdapat kisah seorang lelaki yang pernah berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lelaki tersebut sangat pemberani, tidak menyisakan sedikitpun ruang untuk bergeraknya musuh. Namun tak disangka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya, “Sesungguhnya orang itu penghuni neraka”.

Para sahabat pun terheran-heran, mereka mempertanyakan bagaimana mungkin orang yang seperti itu menjadi penghuni neraka?! Sampai ada seseorang yang bangkit dan berkata, “Demi Allah, saya akan meperhatikan gerak-gerik orang tersebut!”. Orang ini pun mengawasi gerak-gerik orang yang disebut penghuni neraka tadi, ternyata dia dapati orang tersebut terkena panah musuh, dia pun tak bisa bersabar dan merasa putus asa menahan sakit, akhirnya dia ambil pedangnya dia tusukkan pedang tersebut pada dirinya sendiri hingga menembus punggungnya, dia bunuh diri na’udzubillah.

Orang yang mengawasi gerak-gerik orang tadi pun langsung mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, aku bersaksi bahwa engkau benar-benar utusan Allah!”. Rasul menjawab, “Ada apa?”. Orang itu menjawab, “Orang yang engkau sebut bahwa dia penduduk neraka itu ternyata benar telah melakukan begini dan begitu (tindakan bunuh diri -pen)”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Sesungguhnya ada orang-orang yang dalam pandangan manusia dia beramal dengan amalan penduduk surga, namun ternyata dia adalah penduduk neraka”. (HR. Bukhari no. 2898 dan Muslim no. 112)

Ketiga, hilang kesabaran dalam beribadah. Ibadah perlu kesabaran, hilangnya kesabaran dalam beribadah bisa membawa seseorang ke jurang neraka, karena akhirnya dia tidak beribadah dengan benar sehingga ibadahnya tidak sah, bahkan terkadang malah membuatnya melakukan dosa. Contohnya orang yang tidak sabar dalam mengerjakan sholat, sehingga dia sholat dengan cepat-cepat sehingga tidak tumakninah sholatnya.

Abu Ya’la meriwayatkan dalam Musnad-nya dengan sanad yang hasan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang lelaki yang sedang shalat namun tidak menyempurnakan rukuknya dan seperti ayam yang sedang mematuk dalam sujudnya (karena cepat sujudnya –pent). Maka beliau bersabda,

لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى ما هو عليه مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ

“Kalau orang ini mati dengan kondisi sholat yang demikian, maka dia mati bukan di atas ajaran Muhammad” (Musnad Abu Ya’la No 7184, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al Kabiir No 3840, dihasankan oleh al Albani dalam Shifat ash Shalah halaman 131)

Sifat Sombong (Al-Mustakbir)

Sifat sombong ini bisa membuat seseorang celaka. Di dunia orang sombong tidak ada yang mau mendekati, di akhirat sifat sombong bisa membuatnya tidak dapat masuk ke dalam surga. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS. Al-A’raf 7: 40)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mendefinsikan sifat sombong sekaligus mengancamnya,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

 ”Tidak akan masuk surga, seseorang yang ada kesombongan di dalam hatinya walau sangat kecil.

Ada orang yang bertanya kepada Rasulullah, “Bagaimana jika ada seseorang yang senang memakai pakaian dan alas kaki yang bagus?”

Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91)

Maka jelaslah kriteria kesombongan, menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Siapa yang memiliki salah satu dari sifat ini maka dia adalah orang sombong, apalagi jika memiliki kedua sifat ini. Jika ada orang yang menolak kebenaran, walaupun dia menolak dengan bahasa yang lemah lembut maka dia juga termasuk orang yang sombong. Demikian juga bila ada seseorang yang suka meremehkan, menghina dan melecehkan manusia maka orang ini termasuk orang yang sombong.

Penutup

Demikianlah 3 sifat pembawa celaka yang mesti kita jauhi agar jangan sampai masuk neraka: (1) sikap kasar, (2) tidak sabaran dan (3) sombong. Semoga Allah menjauhkan diri kita dari sikap-sikap tersebut sekaligus menjadikan kita orang yang berhati lembut, sabar dan rendah hati.

Ditulis Oleh:
Ustadz Amrullah Akadhinta (Kontributor Bimbinganislam.com)

Referensi: https://bimbinganislam.com/3-sifat-pembawa-celaka/