Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Kitab: 600 حديث للحفظ للأطفال – Dr. Hani Al-Syaikh Jooma Hafidzahullah
Tanggal: 1 Safar 1447 / 26 Juli 2025
Tempat: Masjid Al-Qomar Purwosari, Surakarta
Bersama: Ustadz Abu Adib Hafidzahullah



Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat kesempatan menuntut ilmu, karena tidak semua orang, mendapatkan nikmat bermajelis ilmu.

Hadits ke-266: Wasiat Jibril untuk Berbuat Baik Kepada Tetangga

٢٦٦. عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

266. Dari Ibnu ‘Umar raḍiyallāhu ‘anhumā, dia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Jibril senantiasa mewasiatkanku untuk berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira bahwa tetangga juga akan mendapatkan harta waris.” Diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, kitab al-Adab, Bab “Wasiat untuk Memperhatikan Tetangga”, nomor 6015.

 Penjelasan:

  • Banyak hadits-hadits lainnya yang menyuruh kita berbuat baik kepada tetangga. Antara lain:

Dari Abdullah ibnu ‘Amru ibnul ’Ash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ [تَعَالَى] خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (103): [At Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 28-Bab Maa Jaa-a fi Haqqil Jaar]

Dari Nafi’ ibnu ’Abdil Harits berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ سعَاَدَةِ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ: الْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ

“Di antara kesenangan bagi seorang muslim adalah tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang tenang.” (Shahih Lighairihi, yakni shahih dilihat dari jalur lainnya) Lihat Ash Shahihah (282)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga.” (Shahih) Lihat As Silsilah Ash Shahihah (549): [Muslim: 1-Kitabul Iman, hal. 73]

 Fiqhul Hadits:

  1. Seorang muslim hendaknya berbuat baik kepada tetangganya paling tidak, menahan lisan dan tangan kita dari mendzaliminya.
  2. Penegasan akan kedudukan tetangga yang begitu agung dalam syariat Islam.
  3. Semangat dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikan.
  4. Sesuatu yang penting kedudukannya perlu senantiasa diingatkan secara berulang.
  5. Perlunya senantiasa memperhatikan kebutuhan dan keperluan tetangga serta berbuat baik kepadanya dari waktu ke waktu.
  6. Al-wala dan Bara tidak menghalangi kebaikan kepada tetangga yang kafir, dan tidak menjadikan kita tidak berbuat baik kepada mereka atau malah berbuat dzalim kepada mereka.
  7. Peringatan tentang pentingnya memprioritaskan orang dan keluarga yang terdekat dengan kita dalam berbuat kebaikan utamanya mereka yang berhak mendapatkan harta waris.
  8. Tetangga tidak mendapatkan waris.

*****

Hadits ke-267: Anjuran Berbagi Makanan

٢٦٧.عن جابر رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “طعام الواحد يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية”.

267. Dari Jābir -raḍiyallāhu ‘anhum- dari Nabi Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Makanan untuk satu orang cukup untuk berdua, makanan untuk berdua cukup untuk empat orang dan makanan untuk berempat cukup untuk delapan orang.” [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Muslim – Muttafaq ‘alaih]

 Fiqhul Hadits:

Dalam hadis ini terdapat nilai-nilai keberkahan dalam makanan dan anjuran untuk tolong-menolong dalam memberi makan. Meskipun makanan itu sedikit, namun akan mendapatkan kecukupan sebagaimana yang diinginkan dan timbul keberkahan yang meliputi orang-orang yang hadir.

Ini merupakan perintah dari Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- untuk mendahulukan orang lain. Artinya jika engkau membawa makananmu yang diperkirakan cukup untukmu, lalu datang orang lain, maka jangan kikir dan jangan menghalangi orang lain menikmatinya dengan mengatakan, “Ini jatah makananku saja.” Tetapi berilah ia hingga makanan itu cukup untuk dua orang.

****

Hadits ke-268: Keutamaan Puasa karena Allah Ta’ala

٢٦٨.عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللهِ بَاعَدَ اللهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا».
[صحيح] – [متفق عليه] – [صحيح مسلم: 1153]

268. Abu Sa’īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan jauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” [Sahih] – [Muttafaq ‘alaihi] – [Sahih Muslim – 1153].

 Penjelasan:

Nabi ﷺ menjelaskan bahwa orang yang berpuasa satu hari saat berjihad -ada yang mengatakan: dalam jihad dan lainnya- dengan ikhlas dan mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah dengan karunia-Nya akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.

Dan pahala berpuasa hanya Allah ﷻ yang mengganti pahalanya. Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

 Fiqhul Hadits:

  1. An-Nawawiy berkata, “Ini merupakan keutamaan puasa ketika jihad di jalan Allah. Hal itu ditujukan pada orang yang tidak akan mengalami kendala saat puasa, puasanya tidak mengakibatkan penelantaran suatu hak, dan tidak akan mengganggu peperangannya ataupun selainnya dari tujuan perang.”
  2. Anjuran dan motivasi untuk berpuasa sunah.
  3. Kewajiban ikhlas dan mengharapkan rida Allah, dan tidak berpuasa karena riya dan sumah maupun tujuan-tujuan lainnya.
  4. As-Sindiy berkata, “Sabda beliau ‘di jalan Allah’, bisa bermakna sebatas memperbaiki niat, dan bisa juga bermakna puasa saat berperang. Makna yang kedua adalah makna yang pertama muncul dibenak.”
  5. Ibnu Ḥajar berkata, “Sabda beliau ‘tujuh puluh kharīf (musim gugur)‘; musim gugur ialah waktu tertentu dalam setahun. Maksudnya di sini ialah tahun. Adapun alasan penyebutan musim gugur secara khusus tanpa menyebutkan musim lainnya -yaitu panas, dingin dan semi- yaitu karena musim gugur merupakan musim yang paling baik lantaran menjadi masa panen buah.”

*****

Hadits ke-269: Salah Satu Do’a sebelum Tidur

٢٦٩.عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا أوى إلى فراشه، قال: «الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا، وكفانا وآوانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لا كَافِيَ له وَلاَ مُؤْوِيَ». [صحيح] – [رواه مسلم]

269. Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- jika menghampiri tempat tidurnya berdoa (dengan mengucapkan), “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, kecukupan dan perlindungan. Betapa banyak orang yang tidak memiliki kecukupan dan perlindungan.” [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Muslim]

 Penjelasan:

Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- apabila menghampiri tempat tidurnya, beliau mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, kecukupan dan perlindungan. Betapa banyak orang yang tidak memiliki kecukupan dan perlindungan.”

Beliau memuji Allah -‘Azza wa Jalla- yang telah memberinya makan dan minum, seandainya Allah -‘Azza wa Jalla- tidak memudahkan bagimu makanan dan minuman ini, tentu aku tidak akan makan dan minum. Karena itu, engkau harus memuji Allah yang telah memberimu makan dan minum.

Sabda beliau, “Yang telah memberi kami makan, minum, kecukupan dan perlindungan.”

  • “Memberi kecukupan” maksudnya: Dia telah memudahkan urusan-urusan kita dan mencukupkan perbekalan.
  • “Dia memberi perlindungan,” yakni, Dia telah menjadikan tempat berlindung bagi kita di mana kita berlindung kepadanya. Betapa banyak orang yang tidak memiliki kecukupan dan perlindungan atau perbekalan. Karena itu, hendaknya bila engkau mendatangi tempat tidurmu, engkau harus mengucapkan zikir ini.”

Dan semua itu didapatkan karena pertolongan Allah ﷻ. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ﷻ. Maka, tawakkal kepada Allah ﷻ dan bergantung kepadaNya, merupakan salah satu pilar ibadah. Tawakkal menunjukkan keimanan yang mendalam kepada Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya.

Dan do’a ini sebagai muhasabah, bersyukur dapat makan dan minum, nikmat akan dirasakan kalau rezeki itu dicabut.

Do’a saat dilanda duka

hadits Abu Bakroh radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

“Doa orang yang dirundung duka: Allahumma rahmataka arjuu fa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin wa ash-lihlii sya’nii kullahu laa ilaha illa anta (artinya: Ya Allah, dengan rahmat-Mu, aku berharap, janganlah Engkau sandarkan urusanku pada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku seluruhnya, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau).” (HR. Abu Daud no. 5090, Ahmad 5: 42. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan karena mengingat adanya penguat).

Doa di atas adalah doa yang luar biasa yang di dalamnya berisi tahqiqul ‘ubudiyah yaitu perealisasian penghambaan pada Allah. Di dalamnya juga terdapat bentuk tawasul pada Allah lewat nama dan sifat-Nya.

*****

Hadits ke-270: Do’a setelah Makan

٢٧٠.عن أبي أمامة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم كَانَ إذا رَفَعَ مَائِدَتَهُ، قال: «الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، غَيْرَ مَكْفِيٍّ، وَلَا مُوَدَّعٍ، وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا». [صحيح] – [رواه البخاري]

270. Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu ‘anhuma- bahwa Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- apabila beliau ‎telah mengangkat hidangannya (selesai makan), beliau mengucapkan, “Segala puji hanya ‎milik Allah dengan pujian yang banyak, yang baik lagi penuh dengan keberkahan, tidak ada yang (bisa) ‎mencukupi-Nya, tidak ada yang mampu meninggalkan-Nya, serta tidak ada yang tidak membutuhkan-Nya, wahai ‎Rabb kami.“‎ [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Bukhari]

 Penjelasan:

Makna hadis ini adalah bahwa Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- mengajarkan sunnah kepada ‎para sahabatnya dengan perkataan dan perbuatan. Di antara zikir yang ma`ṡūr dari beliau ‎adalah zikir setelah makan, yaitu bahwa beliau -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- apabila telah mengangkat hidangannya, ‏yakni apabila beliau telah selesai makan dan mulai membereskan ‎tempat makanan yang ada dihadapannya,‎ beliau mengucapkan alḥamdulillāh yang maknanya adalah bahwa seluruh pujian dan syukur sebenarnya hanyalah milik Allah saja ‎dan bukan yang lainnya.

  • “Hamdan kaṡīran” yakni‎ pujian yang banyak yang sesuai dengan kemuliaan-Nya, keindahan serta ‎kesempurnaan-Nya. Dan juga syukur yang banyak yang sesuai dengan nikmat-Nya yang ‎tidak terhitung serta anugerah-Nya yang tidak terbatas. “Dan jika kamu ‎menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.
  • Sabda beliau -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- ‎‏“ṭayyiban” yakni ikhlas tanpa ada unsur ria dan sum’ah ‎‎(ingin dilihat dan didengar orang lain).‎ ‏
  • “Mubārakan” yakni yang disertai dengan penerimaan yang tidak ditolak; karena makna keberkahan ‎adalah kebaikan. Dan amalan yang tidak diterima adalah amalan yang tidak mengandung ‎kebaikan.‎ ‏
  • “Gaira makfiyyin”‏‎ yakni memuji Allah –’Azza wa Jalla- dimana Dia adalah Yang Maha Memberi ‎Kecukupan kepada hamba-hamba-Nya, dan tidak ada seorangpun dari makhluk-Nya yang ‎memberi-Nya kecukupan; karena Allah tidak membutuhkan siapapun.‎ ‏
  • “Wa lā muwadda’in”‏‎ yakni memuji-Nya –Subḥānahu wa Ta’ālā- sebagai Zat yang tidak ditinggalkan, yakni ‎tidak seorangpun dari kita yang meninggalkan Allah karena kita semua butuh kepada-Nya.

Do’a dalam redaksi yang lain:

Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghoiri haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Daud no. 4043, Tirmidzi no. 3458, Ibnu Majah no. 3285 dan Ahmad 3: 439. Imam Tirmidzi, Ibnu Hajar dan ulama lainnya menghasankan hadits ini sebagaimana disetujui oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali dalam Bahjatun Nazhirin, 2: 50).

*****

Hadits ke-271: Ambisi Kekuasaan yang Membinasakan

٢٧١.عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إنكم سَتَحْرِصُونَ على الإِمَارَة، وستكون نَدَامَةً يوم القيامة، فَنِعْمَ المُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ».
[صحيح] – [رواه البخاري]

271. Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan berambisi untuk mendapatkan kekuasaan, padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari Kiamat. Kekuasaan itu enak di awalnya (dunia) seperti bayi yang diberi asi ibunya, namun tidak bagus di akhirnya (akhirat) seperti bayi yang disapih.” [Hadis sahih] – [Diriwayatkan oleh Bukhari]

 Penjelasan:

Hadis ini mengandung peringatan terhadap beratnya urusan kekuasaan -dan juga yang semisal dengannya seperti kehakiman- serta banyaknya konsekuensi dan pertanggungjawabannya di negerai akhirat, juga peringatan dari mengejarnya dan berambisi kepadanya.

Tetapi ini berlaku pada orang yang masuk ke dalamnya dengan usaha dan ambisinya sementara dia tidak berkompeten padanya. Berbeda dengan orang yang ditunjuk dan dia tidak pernah mengejarnya serta dia memiliki kompetensi untuk itu, maka dia akan dimudahkan padanya, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis yang lain. Di dalam hadis ini kekuasaan diibaratkan dengan sebaik-baik wanita yang menyusui disebabkan akan mengalirkan berbagai manfaat harta kekayaan, kedudukan, dan terealisasinya keputusannya. Juga diibaratkan sebagai seburuk-buruk wanita yang menyapih disebabkan adanya berbagai pertanggungjawabannya kelak pada hari Kiamat serta penyesalannya.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم