Ulama adalah Pewaris Para Nabi

“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:11)
Biografi Ulama Fatwa-fatwa Ulama Ulama Ahlul Hadits
Nama dan Nasab
Beliau adalah Abu Abdillah, Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin, al-Muqbil al-Wuhaibi at-Tamimi.

Kelahiran Dan Perkembangannya
Syaikh Abu Abdullah ini dilahirkan di kota ‘Unaizah, salah satu kota besar yang berada di wilayah Qashim pada tanggal 27 Ramadhan tahun 1347 H dalam lingkungan keluarga yang dikenal agamis dan istiqamah.

Beliau berguru kepada sebagian anggota keluarga besarnya sendiri, seperti; kepada kakeknya dari pihak ibu, Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali Damigh rohimahullah. Beliau belajar membaca al-Qur’an padanya dan menghafalnya. Kemudian beliau menuntut ilmu dan belajar kaligrafi, ilmu hisab dan sebagian seni sastra.
 
Beliau dianugerahi oleh Allah kecerdasan, semangat serta antusiasme yang tinggi untuk menimba ilmu dan meramaikan majlis-majlis pengajian para ulama dengan menghadirinya, di antara majlis yang amat digandrunginya adalah majlis yang diajarkan oleh Syaikh al-’Allamah, Ahli Tafsir dan Fiqh, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rohimahullah.

Beliau belum melakukan perjalanan menuntut ilmu ke mana-mana selain ke Riyadh, yaitu ketika dibukanya al-Ma’ahid al-’Ilmiyyah pada tahun 1372 H dan mendaftarkan diri di sana.

Setelah guru beliau, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di wafat, beliau dinobatkan untuk menjadi imam Jami’ Kabir, dan di sanalah beliau mengajar menggantikan posisi gurunya.

Mengenai tulis-menulis, beliau baru menekuninya pada tahun 1382 H ketika pertama kali mengarang buku Fath Rabb al-Bariyyah Bi Talkhish al-Hamawiyyah. Buku ini adalah ringkasan dari kitab karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu ar-Risalah al-Hamawiyyah Fi al-’Aqidah.

Keberadaan di Riyadh, beliau manfaatkan untuk menimba ilmu dengan belajar kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Padanya beliau mempelajari kitab Shahih al-Bukhari melalui metode transfer al-Qira’ah. Demikian juga mempelajari sebagian risalah Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah dan sebagian kitab-kitab Fiqh.

Guru-Gurunya
1. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rohimahullah.
2. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rohimahullah.
3. Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi rohimahullah,
4. Syaikh Ali bin Hamad ash-Shalihi 3.
5. Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz al-Muthawwi’ rohimahullah.
6. Syaikh Abdurrahman bin Ali bin Audan rohimahullah.
7. Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali Damigh rohimahullah.

Manhaj Ilmiah Beliau

Syaikh Ibnu Utsaimin telah menjelaskan manhajnya dan berkali-kali menyatakannya secara terang-terangan bahwa dia mengikuti cara yang diambil oleh Syaikh beliau, al-’Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, yaitu keluar dari manhaj yang lazim dipakai oleh seluruh ulama Jazirah Arab atau mayoritasnya yang berpegang kepada madzhab Hambali di dalam furu’ (cabang-cabang) masalah-masalah hukum fiqh dan (khususnya) kepada kitab Zad al-Mustaqni’ Fi Fiqh al-Imam Ahmad bin Hambal. Guru beliau, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di memang dikenal sebagai orang yang keluar dari madzhab Hambali dan tidak terpaku kepadanya di dalam banyak masalah.

Syaikh as-Sa’di banyak mengadopsi pendapat-pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim dengan menguatkan pendapat keduanya atas pendapat Madzhab Hambali. Beliau ini bukan orang yang berpikiran Jumud (kaku) terhadap suatu madzhab tertentu akan tetapi semata-mata yang mencari al-haq. Sifat inilah yang kemudian melekat dan pindah pada diri muridnya, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.

Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahullah meninggalkan banyak sekali karya-karya ilmiah yang berjumlah lebih dari 50-an buku.

Kita memohon kepada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa agar menaungi beliau dengan rahmatNya, menempatkan beliau pada surgaNya nan luas dan menjadikan ilmunya bermanfaat buat Islam dan kaum Muslimin, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha-dekat lagi Maha Mengabulkan doa.