“Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan, tetapi perhiasan yang paling indah adalah wanita yang sholihah.” (sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam)
Sesungguhnya wanita yang sholihah adalah perhiasan yang paling berharga. Wanita yang mulia, itulah perhiasan yang hakiki.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Di antara sebab kebahagiaan anak-cucu Adam itu ada tiga, dan termasuk kecelakaan bagi anak-cucu Adam itu ada tiga. Dan di antara kebahagiaan itu adalah wanita yang sholihah, rumah yang baik, dan kendaraan yang baik. Dan termasuk kecelakaan atau kerugiaan atau kesengsaraan bagi anak-cucu Adam pun ada tiga, yaitu: wanita yang jelek atau wanita yang jahat, rumah yang tidak baik, dan kendaraan yang tidak baik.”
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Maukah kalian saya tunjukkan sesuatu hal yang bisa dijadikan tabungan yang berharga bagi seorang laki-laki?” Maka Rosulullah mengatakan, “Seorang wanita yang sholihah, apabila sang suami melihat dirinya maka dia akan menyejukkan pandangan suaminya, apabila sang suami memmerintahkannya (meminta tolong kepadanya) maka dia menaatinya, dan apabila sang suami tidak ada di rumah maka wanita tersebut menjaga dirinya dan tidak mengkhianati suaminya.”
Kajian Islam ilmiah oleh: Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. (hafidzohullohu)
Kajian ini disampaikan secara live pada Radio Islami Suara Al-Iman 900 AM Surabaya pada 5 Nopember 2010, pada sesi acara Renungan Malam. Judul pembahasan kajian ini adalah “Mutiara yang Terjaga”, yang dimaksud dari judul ini bukanlah perhiasan atau batu yang berharga, akan tetapi yang dimaksud mutiara di sini adalah, wanita yang mulia, yaitu wanita yang sholihah.
Semoga bermanfaat.
![]() |
Hadis riwayat Abdullah bin Masud raidyallohu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah shalallohu'alaihiwasallam. sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada kami: Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia. Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Shahih Muslim No.4781)
Betapa Takdir Allah tidak dapat dirubah, kecuali dengan Amalan dan Doa yang mengharapkan Ridha Allah Subhaanahuwata'aala semata.
Karena itu, marilah kita semua kembali bersimpuh dihadapan Allah Subhaanahuwata'aala semata, memohon ke-ridha-an dari-NYA semata atas segala amal ibadah kita selama ini maupun yang akan datang. Dan senantiasa berharap agar kiranya diri kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat serta mati dalam keadaan baik (Husnul Khatimah).... Aamiin...
Lalu, bagaimana kita menafsirkan hadits sahih di atas? ikuti kajian berikut ini:
Program Acara : Kajian Pilihan Asatidz Medan
Tema Kajian : Catatan Takdir Penentu Surga Atau Neraka Seseorang
Pemateri : Ustadz Nurdin Al Bukhori
![]() |
{audio}http://dc182.4shared.com/img/187892335/c797a0ea/dlink__2Fdownload_2FzjAhRQoO_3Ftsid_3D20110118-191106-6e0f6392/preview.mp3{/audio} |
Nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani telah lama dikenal oleh umumnya kaum Muslimin di negeri kita ini, akan tetapi kebanyakan cerita atau keyakinan yang disandarkan kepada beliau adalah kedustaan dan kebohongan belaka, bahkan sebagiannya sampai kepada perbuatan syirik Akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, padahal beliau berlepas diri dari semua itu. Terbukti bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani telah menetapkan apa yang menjadi ‘aqidah (keyakinan) beliau di dalam kitab-kitab yang telah beliau tulis langsung, seperti kitab al-Ghunyah dan yang lainnya.
Di mana dengan tegas beliau menyatakan bahwa beliau mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh para ulama Salaf; Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan beliau pun mewasiatkan kaum Muslimin untuk mengikuti ‘aqidah tersebut. Siapa saja yang menginginkan bukti akan kebenaran hal ini, silahkan membaca risalah ringkas yang ada di tangan para pembaca ini, karena risalah ini ditulis secara khusus untuk membuktikan kebenaran bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jilani benar-benar telah mengikuti ‘aqidah para ulama Salaf; Ahlus Sunnah wal Jama’ah, selain itu risalah ini juga dilengkapi dengan biografi singkat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Ikuti kajian selengkapnya "Wasiat Emas dan ‘Aqidah Syaikh ‘Abdul-Qadir Jaelani" oleh Ustazd Abdul Hakim Abdat :
Kajian Kitab Syarhus Sunnah