![]() |
Istiqomah oleh Ustadz Abu Haidar: | {audio}http://www.archive.org/download/HaditsKe21Arbain-istiqomahlah/HaditsKe21Arbain-istiqomahlah.mp3{/audio} |
(Makalah Dauroh Untaian Nasihat, Masjid Kampus UGM, Juli 2005 - Mutiara Hadits “Beriman dan Istiqomah (Hadits ke-21 Arbain An-Nawawi)”
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah rodhiallohu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain selain engkau, (maka) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ucapkanlah: “aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan itu” (HR. Muslim, no. hadits: 38)
Biografi Perawi Hadits
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Sufyan bin ‘Abdillah bin Rabi’ah bin Al Harits Ats Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu, kunyah beliau adalah Abu ‘Amr, ada juga yang mengatakan: Abu ‘Amrah, beliau adalah sahabat yang mulia yang menjabat gubernur wilayah Ath Thaif pada jaman kekhalifahan ‘Umar bin Al Khaththab rodhiallohu ‘anhu, hadits ini adalah satu-satunya hadits yang beliau riwayatkan yang terdapat dalam Al Kutubus sittah (kitab hadits yang enam) Lihat Tahdzibut Tahdzib (4/115).
Kedudukan Hadits
Hadits ini mengandung wasiat (nasihat) yang sangat besar manfaatnya dan mencakup semua perkara agama, dan termasuk Jawami’ul kalim (hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lafaznya singkat tapi maknanya padat). Lihat Ad Durarus Saniyyah (hal. 86) dan Jami’ul ‘Ulum (hal. 510).
Ka’ab bin Malik radiallahu anhu adalah salah seorang sahabat Nabi yang mendapat anugerah Allah berupa kepiawaian dalam bersyair dan berjidal. Syair-syairnya banyak bertemakan peperangan. Kemampuan sebagai penyair ini, mengantarkannya menduduki posisi khusus di sisi Nabi, selain dua sahabat yang lain, yaitu Hassan bin Tsabit dan Abdullah bin Rawahah. Ka’ab bin Malik termasuk pemuka sahabat dari kalangan Anshar yang berasal dari suku Khazraj. Nama lengkapnya ialah ‘Amr bin Al Qain bin Ka’ab bin Sawaad bin Ghanm bin Ka’ab bin Salamah. Pada masa jahiliyah, ia dikenal dengan kunyahnya (panggilan) Abu Basyir.
Kisah kejujuran Ka’ab bin Malik ini, berawal saat Rasulullah telah mengambil keputusan untuk menyerang Romawi. Beliau memobilisasi para sahabat untuk tujuan itu. Kaum rnuslimin segera melakukan persiapan dan berlomba-lomba menginfakkan harta yang mereka miliki.
Di tengah kesibukan kaum muslimin melakukan persiapan, ada seorang sahabat yang belum memulainya. la bernama Ka’ab bin Malik. Kali ini, Allah hendak mengujinya dengan perang Tabuk.
Pada masa tuanya, Ka’ab bin Malik menuturkan kisahnya kepada putranya : "Aku tidak pernah absen dalam satu peperangan pun bersama Rasulullah kecuali dalam perang Tabuk dan perang Badr. Tatkala Rasulullah berangkat bersama pasukan, aku masih terlambat dan belum sempat melakukan persiapan. Batinku berharap, aku bisa menyusul mereka. Namun akhirnya, langkahku benar- benar terhambat.
Selengkapnya: Audio Kajian: Kisah Taubat dan Kejujuran Ka’ab bin Malik radiallahu'anhu
Para salaf sangat memperhatikan dalam hal kepada siapa mereka mengambil ilmu. Mereka melihat keadaan amalan sunnah yang dia tegakkan dan akhlaq mereka dalam pergaulan harian. Para salaf banyak meninggalkan orang yang dianggap berilmu karena dia tidak menjaga lisannya, cara sholatnya yang tidak sesuai sunnah dan perkara-perkara yang lainnya. Maka hendaklah menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak hanya melihat orang karena keilmuannya tapi juga karena akhlaq dan amalan sunnah yang dia tegakkan. Bagaimana kita akan mengambil ilmu dari orang yang berakhlaq buruk?!.
Ikuti kajian materi berikut yang disampaikan Ust Abdulloh Taslim MA, direkam di Studio Radio Suaraquran Solo 10 April 2010.
{audio}http://www.suaraquran.com/download/memilih-guru_usttaslim.mp3{/audio}
Kajian Kitab Syarhus Sunnah