Ceramah Singkat
PHK...? Siapa Takut! - Kunci mengembalikan rezeki yang hilang... oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin,lc hafidzahullah.
Disampaikan di Hotel Retaj - Doha Qatar pada kunjungan beliau dalam Daurah Qatar ke-9 pada 8-12 Desember 2015.
Sudah menjadi watak dunia seperti yang dikatakan Alloh ta'aala Kullu Man 'Alaiha Faan (semua yang ada di bumi akan binasa). Maka hanya ada dua pilihan: Dunia meninggalkan kita atau kita meninggalkan dunia.
Sikap utama yang harus dimiliki manusia adalah sikap yang mau menerima perubahan, konsentrasi penuh akan akhirat dan mau menerima pemberian Alloh ta'aala yang penting halal, itulah kunci bahagia. Akhirat sebagai tujuan dan dunia menjadi sarana...
Hanya satu yang akan terus terkenang sampai akhirat yaitu taqwa. Ada 8 perkara yang akan selalu mengitari hidup manusia:Ada pertemuan pasti ada perpisahan, Ada kesulitan ada kemudahan, ada sedih pasti ada gembira dan ada sakit pasti ada sehat.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16)
"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang petang hari dalam keadaan kenyang." (HR. At-Tirmidzi).
Kita tidak bisa pungkiri, bahwa kita akan memilih pemimpin. Kita tidak bisa pungkiri, bahwa Indonesia akan memilih pemimpin pada tanggal 9 Juli 2014. Itu sebuah keniscayaan, insya Allah Ta’ala. Maka saya (Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc.–Ed) ingin memberikan nasihat untuk diri saya pribadi dan juga kepada kaum Muslim seluruhnya. Ketahuilah bahwasanya pemimpin di dalam Islam sangat diperhatikan dan mencari pemimpin di dalam Islam adalah salah satu yang diajarkan di dalam Islam.
Maka nasihat yang pertama, berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pencipta, yang Maha Pengatur, dan yang Maha Berkuasa, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita pemimpin yang shalih, pemimpin yang benar-benar amanah, pemimpin yang benar-benar memiliki sifat kepemimpinan dan bertanggung jawab, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Itulah pemimpin yang ideal, pemimpin yang amanah, pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, maka berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah-lah yang membolak-balikkan hati, Allah-lah yang mengatur dunia, Allah-lah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pencipta, Allah-lah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Kuasa atas segala hal. Berdoalah kepada Allah, (agar) kita memiliki pemimpin yang shalih, yang benar-benar membimbing rakyat Indonesia kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Bolehkah Merayakannya?
Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.
Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Kajian Kitab Syarhus Sunnah