بسم الله الرحمن الرحيم
📚 Kajian Kitab Manhaj Salaf | Karya Prof. Dr. Muhammad bin Umar Bazmul Hafidzahullah | Download Kitab
🎙┃ Ustadz Mohammad Alif, Lc. Hafidzahullah
🗓┃Jum’at, 4 Juli 2025 /8 Muharram 1447 H
🕰┃ Ba’da Maghrib - Isya
🕌┃ Masjid Al-Qomar | Jl. Slamet Riyadi No. 414 Rel Bengkong Purwosari, Solo, Jawa Tengah 57142
Ciri-ciri dakwah salaf yang telah dijelaskan sebelumnya:
- Sikap loyalitas (wala’ dan bara’) dibangun diatas ittibâ kepada Rasulullah ﷺ.
- Syiarnya mengikuti dan meneladani Rasulullah ﷺ.
السمة الثالئة ينتهجون الوسطية في جميع شانهم
Ciri ketiga adalah Berjalan di Atas Pertengahan dalam Segala Urusan Mereka
Di antara kekhususan Islam adalah bersifat pertengahan dan keseimbangan. Dan ini adalah sikap manhaj salaf dan sikap pertengahan termasuk ajaran agama yang paling penting. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Fatihah :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Maka ahlul kitab dan yahudi mereka terlalu Ghulu dalam berakidah. Nashara ghuluw dalam mengangkat Nabi Isya sebagai Tuhan dan Yahudi ghuluw terhadap Uzair sebagai anak Allah.
Allah ta’aala berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 171:
يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لَا تَغْلُوا۟ فِى دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْحَقَّ ۚ إِنَّمَا ٱلْمَسِيحُ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ ٱللَّهِ وَكَلِمَتُهُۥٓ أَلْقَىٰهَآ إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ ۖ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۖ وَلَا تَقُولُوا۟ ثَلَٰثَةٌ ۚ ٱنتَهُوا۟ خَيْرًا لَّكُمْ ۚ إِنَّمَا ٱللَّهُ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ سُبْحَٰنَهُۥٓ أَن يَكُونَ لَهُۥ وَلَدٌ ۘ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Allah melarang orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk menggunakan panggilan yang lembut namun mengandung penghinaan, melarang dari sifat berlebihan dalam beragama, dan mengatakan sesuatu yang tidak baik yang terhadap Allah.
Allah melarang Ahli Kitab dari sikap berlebih-lebihan (ghuluw) dalam beragama, yaitu melampaui batas dari ketentuan yang disyariatkan kepada perkara yang tidak disyariatkan. Yang demikian itu adalah seperti perkataan kaum Nasrani yang melampaui batas terhadap Isa dan penempatan mereka terhadapnya melebihi dari kedudukan kenabian dan kerasulan kepada kedudukan ketuhanan yang tidak patut diberikan selain kepada Allah.
Allah juga menentang sikap berlebih-lebihan orang-orang Yahudi mengenai Isa. Mereka mengingkari risalahnya, menuduh ibunya, dan melecehkan dakwahnya.
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Maka jalan yang lurus mengandung makna pertengahan dan kebaikan, sisi ifradh dan tafrid. Tafrid berarti meremehkan atau bermudah-mudahan dalam menjalankan ajaran agama, sementara ifrad berarti berlebihan atau melampaui batas dalam menjalankan agama. Keduanya merupakan penyimpangan dari jalan tengah (wasatiyah) yang diajarkan dalam Islam.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الدِّيْنِ إِلَى اللهِ الْحَنِيْــفِيَّةُ السَّـمْحَةُ
“Agama yang paling dicintai allah adalah agama yang hanîf (lurus) dan toleran.” [HR Bukhari]
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas menjelaskan bahwa agama yang paling dicintai oleh Allah adalah al-Hanifiyyah As-Samhah (الحنيفية السمحة). Al-Hanifiyyah As-Samhah berarti agama yang lurus dan toleran atau mudah. Hadits ini menunjukkan bahwa Islam, yang dianut dengan sikap lurus dan toleran, adalah agama yang paling dicintai Allah.
Sebagian toleransi kebablasan terlalu bermudah-mudahan dan sebagian extreme dalam beragama hingga memberontak kepada pemerintah.
Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, Ahlussunnah dalam segala hal dalam beragama adalah pertengahan, Ahlussunnah berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah disepakati para sahabat dan berjalan di atas ajaran mereka. Kita lihat, Khawarij keluar dari para sahabat, maka mereka menyimpang demikian juga Syiah yang ghuluw terhadap Ali Radhiyallahu’anhu.
Tidak ada ghuluw dalam manhaj salaf dan mencari jalan kemudahan untuk lari dari jalan syariat, dan manhaj ini tidak ada diajarkan untuk mencari kemudahan untuk lari dari ajaran syariat.
Sabda Rasulullah, “Permudahlah dan jangan mempersulit” (يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا) adalah ajaran penting dalam Islam yang menekankan kemudahan dalam menjalankan agama dan kehidupan sehari-hari. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Sikap pertengahan adalah jalan tengah diantara tafrid dan ifrad. Maka sedikit dalam sunnah, lebih baik dari pada banyak tapi bid’ah. Lawannya adalah Bermudah-mudahan dan ekstrim.
Maka Ahlussunnah mengambil Jalan diantara dua sisi. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 67:
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Dalam surat Al-Isra ayat 69:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Dan Allah berfirman,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Maka, ajaran agama semuanya adalah pertengahan diantara dua sisi. Dan sunnah adalah pertengahan diantara bid’ah-bid’ah antara orang-orang yang melampaui batas dan Bermudah-mudahan. Begitu juga bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuan untuk bisa sesuai dengan syariat. Sedangkan ghuluw adalah melampaui batas dan tidaklah Allah perintahkan kecuali ada godaan setan untuk bersikap ghuluw dan tafrid wa taksir.
Dan seseorang tidak bisa selamat kecuali seseorang yang berjalan di belakang Rasulullah ﷺ dan siap untuk meninggalkan pendapat manusia untuk mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ.
Dua penyakit ini sudah menguasai kebanyakan manusia, oleh karena itu salafus Shalih mengingatkan manusia dengan keras, dan menakuti manusia bagi mereka yang terjatuh akan mendapatkan kebinasaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.
“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” [HR. Ahmad (I/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Ibnu Majah (no. 3029), Ibnu Khu-zaimah (no. 2867) dan lainnya, dari Sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma ]
Bahkan bisa dua sifat ini terkumpul dalam satu orang, kecuali orang yang mendapat petunjuk Allah ﷻ hingga bisa selamat dari sifat ghuluw dan bermudah-mudahan.
Makna ghuluw adalah berlebihan dalam suatu perkara hingga melampaui batas, juga bisa dimaknai berlebihan (tanawuk) dalam beraktifitas kebaikan seperti para salaf hobi membaca sampai menginjak kotoran tidak sadar. Atau harga barang melambung Juga disebut berlebihan.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ الْعَقَبَةِ وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ هَاتِ الْقُطْ لِي فَلَقَطْتُ لَهُ حَصَيَاتٍ هُنَّ حَصَى الْخَذْفِ فَلَمَّا وَضَعْتُهُنَّ فِي يَدِهِ قَالَ بِأَمْثَالِ هَؤُلَاءِ وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
Ibnu Abbas berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku pada pagi hari di ‘Aqabah dan beliau berada di atas kendaraannya: “Ambilkan untukku, ” lalu aku mengambilkan beberapa kerikil untuk beliau yaitu kerikil untuk melempar. Ketika aku meletakkan di tangan beliau, beliau bersabda sembari memberi permisalan dengan kerikil-kerikil tersebut: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama, karena yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama.” (Hadits Sunan An-Nasa’i No. 3007)
Permudah dan Jangan Dipersulit
Dari Anas bin Mali Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Permudahlah dan jangan persulit, berilah buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari.” (Muttafaq ‘Alaih)
Ini adalah arahan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya agar mereka menempuh jalan kemudahan dalam amal dan mu’amalah mereka dengan yang lain. Karena kemudahan itulah yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya. “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Binasalah orang-orang yang melampaui batas
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هلك المتنطعون، قالها ثلاثا
“Binasalah orang-orang yang melampaui batas (tanaththu’). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tiga kali.”
Dalam hadis di atas, hakikatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa orang yang tanaththu’ itu binasa dan bahwa tanaththu’ itu sebab kebinasaan. Beliau ungkapkan makna itu dengan mengulangi sabdanya sampai 3 kali. Hal ini mengandung makna larangan yang tegas dari berbuat tanaththu’ atau melampaui batas.
Mudah-mudahan Allah ﷻ memudahkan kita untuk istiqomah dalam mengamalkan ilmu yang bermanfaat.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم