بسم الله الرحمن الرحيم
🎙Bersama: Al Ustadz Fuad Efendi Lc.,M.H حفظه الله تعالى
📘 Materi : Kitab Tauhid Bab 37 | Termasuk Syirik Beramal Shaleh Untuk Dunia - Pertemuan 1
🗓 Hari : Selasa, 1 Rabi’ul Akhir 1447 / 23 September 2025
🕰 Waktu: Ba'da Maghrib - Isya'
🕌 Tempat: Masjid Jajar Surakarta
📖 Daftar Isi:
٣٧ - باب من الشرك: إرادة الإنسان بعمله الدنيا
Bab 37-2 Termasuk Syirik Beramal Shaleh Untuk Dunia
Telah berlalu pembahasan mengenai hukum mencampur niat ibadah dengan urusan dunia:
- Dalam bahasan ini adalah kesyirikan dalam dua keadaan:
1. Syirik besar: yaitu bagi orang kafir dan munafik. Mereka mengharap murni dunia dalam beramal.
2. Syirik kecil: jika kurang sempurna imannya maka ada niat yang melenceng mengharapkan dunia, tetapi tidak sampai mengeluarkan dari islam. - Hukum Mencampurkan Niat dalam Beramal Shalih
1. Niat amal shalih bercampur dengan niat amal shalih lainya.
2. Mencampurkan niat ibadah dengan mengharapkan dunia. - Beberapa keadaan dalam motivasi beramal untuk dunia dan akhirat:
1. Motivasi syari'at jika beramal karena mengharapkan dunia.
2. Mengharap Pahala dunia dan akhirat tanpa ada janji dari syari'at.
Jika perkara dunia tersebut tidak dimotivasi oleh syariat
Banyak hal dimana sebuah amal saleh dicampurkan niatnya dalam meraih dunia namun tidak ada motivasinya (dalil) dari syariat. Contohnya seperti orang yang pergi ke masjid untuk pengajian sekaligus berjualan, atau seseorang ikhwan yang pergi pengajian sekaligus untuk mencari akhwat, atau jadi imam shalat atau pendakwah karena Allah dan juga untuk mencari harta, dan yang lainnya. Lantas bagaimana hukumnya? Ada khilaf di kalangan para ulama terkait ini, dan setidaknya terbagi atas tiga pendapat:
- Pendapat pertama: selama seseorang mencampurkan antara niat amal saleh dan niat duniawi. maka amal tersebut akan tertolak (gugur). Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla.
- Pendapat kedua: Al-Qarafil dalam kitabnya Al-Furuq menyebutkan bahwa tidak mengapa suatu amal saleh tercampur dengan niat duniawi, sehingga amal tersebut tetap berpahala. Beliau mnengiaskan masalah ini dengan masalah bolehnya niat dunia tercampur dengan niat akhirat karena motivasi syariat. Beliau menyebutkan bahwa jika sebagian perkara dunia boleh diniatkan dalam amal saleh, maka pada dasarnya seluruh perkara dunia (selain riya') dan ada niat akhirat tetap akan dapat pahala. Masalahnya kemudian hanya tentang apakah pahalanya tetap atau berkurang.
- Pendapat ketiga: Jumhur (mayoritas ulama berpendapat bahwa jika niat akhirat yang mendominasi maka tetap berpahala, adapun jika niat dunia yang mendominasi maka tidak dapat pahala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memiliki perincian yang bagus terkait hukum masalah ini. Beliau membawakan masalah ini ketika membahas tentang orang yang badal haji.(Mamu' Fataawa (26/19-20)) Beliau menyebutkan bahwa jika:
1. Seseorang beramal saleh untuk mendapatkan dunia.
Contohnya seperti seseorang yang menjadi badal atas haji orang lain, namun dia memilih-milih untuk mencari harga tertinggi yang bisa dia dapatkan dari orang yang ingin dibadalkan hajinya. Akan tetapi kita katakan bahwa hal yang semacam ini tidak baik bagi seorang muslim. Tidak pantas bagi seorang muslim untuk menjadikan amal salehnya sebagai sarana untuk mencari dunia (harta).
2. Seseorang mencari dunia untuk beramal saleh
Contohnya seperti seseorang yang sudah pernah haji, akan tetapi dia kemudian ingin haji hanya saja terkendala biaya. Dia ingin agar bisa kembali ke tanah suci, ingin agar bisa melihat baitullah, ingin bisa tawaf, an yang lainnya. Maka dia kemudian menerima haji badal agar bisa pergi ke tanah suci, dia tidak terlalu peduli dengan jumlah biayanya, yang terpenting baginya adalah dia bisa pergi ke tanah suci. Intinya, jika seseorang mengambil dunia (secukupnya).
Contoh lain dalam masalah ini seperti seorang imam shalat fardhu yang meminta gaji agar bisa menafkahi keluarganya, dan agar dia bisa fokus menjadi imam. Demikian pula dengan seorang guru dan pendakwah di negeri kita, mereka boleh menerima hadiah atau bahkan membuat akad terkait perkara dunia (harta) yang masuk akal, agar dia bisa fokus dalam mengajar dan berdakwah kepada masyarakat. Akan tetapi perlu diingat, bahwa niat itu hanya antara seorang hamba dengan Allah yang tahu. Allah ﷻ Maha Tahu apakah hamba tersebut murni niatnya karena ingin fokus beramal saleh atau murni ingin mengumpulkan harta. Kita sebagai makhluk tidak berhak dan tidak pantas menghukumi niat seseorang.
Berdakwah adalah untuk Allah ﷻ seperti halnya dakwah para rasul. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 29:
وَيَٰقَوْمِ لَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۚ وَمَآ أَنَا۠ بِطَارِدِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ۚ إِنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَلَٰكِنِّىٓ أَرَىٰكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui".
Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah berkata:
Firman Allah subhanahu wata’ala:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ، أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15–16).
📖 Sisi Pendalilan Ayat:
Sisi pendalilan dari ayat ini bahwa Allah ﷻ berfirman : niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, yaitu keadaannya orang-orang kafir dan munafik...
📃 Penjelasan:
Ayat ini pada dasarnya ditujukan kepada orang-orang kafir, namun ia mencakup keumuman hamba (Udatus Shabirin karya Ibnu Al-Qayyim (1/163-164), sehingga barang siapa yang murni mencari dunia dengan amal salehnya maka dia telah berakhlak dengan akhlaknya orang kafir, dan dia akan mendapatkan dunia tersebut namun di akhirat dia tidak mendapatkan apa-apa.
Perlu dicermati bahwa Ibnu 'Abbas menyebutkan bahwa memahami ayat ini harus disertai pemahaman terhadap ayat lain yaitu, pada surat Al-Isra ayat 18 yang lebih khusus:
مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصْلَىٰهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Artinya, tidak semua orang yang beramal saleh untuk mencari dunia akan mendapatkan dunia itu, akan tetapi Allah memberikan dunia kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, bahwa sesungguhnya orang-orang yang riya’, maka kebaikan mereka diberikan di dunia. Demikian itu karena mereka tidak dizalimi sedikit pun. dia berkata, "Siapa saja yang beramal shalih untuk mencari dunia dengan berpuasa, shalat, atau bertahajud di malam hari, yang dia kerjakan hanya untuk mencari dunia, maka Allah ﷻ berfirman, ”Aku akan memenuhi apa yang dia cari di dunia, sebagai balasannya, dan amalnya yang dia kerjakan untuk mencari dunia itu (digugurkan) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi"
Tafsir ayat:
- Seorang yang beramal shaleh, tetapi bukan untuk mengharapkan pahala akhirat maka tidak akan dapat apa-apa di akhirat.
- Dia beramal untuk riya, maka haram.
- Beramal shalih untuk mengharapkan harta, tahta, kesehatan dan lainnya.
- Beramal ikhlas tetapi melakukan amalan yang mengeluarkan dari Islam. Ini sama saja dengan orang kafir yang beramal saleh atau orang muslim yang melakukan syirik besar dan tidak bertaubat, maka di akhirat tidak mendapatkan apa-apa.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم