Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

Bab 1: Keutamaan Shalat

2. Keutamaan Berwudhu Ketika Kondisi Sulit

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟» قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»

“Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu amal yang dapat menghapus kesalahan (dosa) dan meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, ”(Yaitu) menyempurnakan wudhu dalam kondisi sulit, banyaknya langkah menuju masjid, menunggu shalat setelah mendirikan shalat. Itulah kebaikan (yang banyak).” (HR. Muslim no. 251)

📖 Kosakata:

  • Kata الإسباع : menyempurnakan
  • Kata الْمَكَارِهِ : bentuk jamak dari مكرة artinya sesuatu yang dibenci atau terasa berat dilakukan manusia.
  • Kata الرِّبَاطُ makna asalnya adalah menetap di perbatasan demi menamgkal musuh di perbatasan.

➲ Penjelasan Singkat

Hadits yang diberkahi ini memberikan jalan keluar dari dosa dan kemaksiatan. Padahal sangat sedikit manusia yang selamat dari dosa dan maksiat. Melalui hadits ini Nabi ﷺ menunjukkan umatnya cara untuk mendapatkan ampunan. Bahkan, derajat kita pun akan dinaikkan di dunia dan akhirat. Sebagaimana dipahami dari hadits ini secara umum.

Caranya yaitu dengan menyempurnakan rukun wudhu bahkan pada saat-saat melaksanakan wudhu itu terasa berat, Konteks berat di sini dijelaskan oleh Imam Ibnul Atsir Rahimahullah: “Yaitu seorang yang berwudhu pada saat cuaca sangat dingin, atau ketika ada rasa sakit yang mengganggu bila air wudhu mengenai kulitnya, atau ketika sedang membutuhkan air dan berusaha mencarinya atau ia harus membelinya dengan harga yang mahal dan kondisi-kondisi lainnya yang menjadi sebab seseorang mengalami kesulitan untuk berwudhu.” (An-Nihdyah karya Ibnul Atsir (IV/303).

Hadits di atas juga menyebutkan cara lain untuk meraih ampunan-Nya, yaitu dengan memperbanyak langkah kaki ke masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, dan bersabar menghadapi jauhnya perjalanan menuju masjid demi untuk meraih pahala shalat berjamaah.

Tidak sedikit hadits lain yang menyebutkan keutamaannya, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Jabir bin Abdullah, ia menuturkan: “Ada tanah kosong di sekitar masjid (Nabawi), lalu Bani Salimah berniat pindah ke area kosong dekat masjid tersebut. Kabar tentang hal itu pun sampai pada Nabi ﷺ - Beliau lalu berkata kepada mereka: ‘Aku mendengar kabar bahwa kalian ingin pindah ke area dekat masjid, benarkah?’ ‘Benar wahai Rasulullah, kami memang berniat demikian'.

Beliau berkata: ‘Wahai Bani Salimah! Tetaplah tinggal di daerah kalian, niscaya jejak langkah kaki kalian (ke masjid) akan dicatat pahalanya! Tetaplah tinggal di daerah kalian, niscaya jejak langkah kalian akan dicatat pahalanya!” (HR. Muslim)

Hadits Abu Hurairah di atas ditutup dengan redaksi yang sangat indah, yaitu ketiga ibadah ini, yakni menyempurnakan berwudhu, menjaga shalat berjamaah di masjid dan menanti shalat seusai shalat, diibaratkan dengan aktivitas ribath (yaitu berjaga-jaga di benteng perbatasan) di jalan Allah. Ketiganya ini amat berguna untuk mendisiplinkan ketaatan dan mencegah dari perbuatan maksiat. Seperti halnya ribath (yang makna asalnya adalah sesuatu yang dapat mengikat dan menguatkan) yang berguna untuk mengikat sesuatu.

➲ Intisari Hadits

1. Perhatian syariat dengan memvariasikan sarana dan cara meraih ampunan-Nya, sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada para hamba.

2. Menebarkan nasihat, termasuk kepada orang yang tidak memintanya, sebagaimana nasihat yang ditebarkan oleh Nabi dalam hadits ini. Meskipun nasihat beliau itu dari wahyu, tapi ketika wahyu itu disampaikan dalam konteks menebarkan nasihat, kita pun tahu bahwa nasihat itu amat diperhatikan dan dianjurkan oleh syariat.

3. Keutamaan menaati Allah dengan melaksanakan amal ibadah yang memiliki keutamaan. Bersabar menanggung kesulitan dalam menjalankannya jika kesulitan tersebut datang dengan sendirinya, bukan kesulitan yang sengaja dibuat-buat sendiri, ini berdasarkan firman Allah ﷻ: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Bagqarah [2]: 185)

4. Keutamaan shalat di masjid yang lebih jauh jaraknya dibandingkan dengan shalat di masjid yang lebih dekat, selama meninggalkan keutamaan ini tidak memberikan maslahat yang lebih besar.

5. Keutamaan menantikan waktu shalat tiba dan merindukan shalat setelah usai shalat, meskipun seseorang tidak sedang berada di masjid. Sebab, menunggu waktu shalat itu dapat terealisasikan dengan kehadiran secara fisik dan bisa juga dengan amalan hati. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi ﷺ ) dari Abu Hurairah tentang tujuh orang yang mendapatkan naungan Allah ﷻ salah satunya adalah seorang laki-laki yang hatinya gandrung dengan masjid.

6. Tingginya kedudukan ribath dan berjihad di jalan Allah. Pahala dan kedudukan yang tinggi ini dapat diraih dengan ibadah yang lebih mudah diamalkan, dikarenakan amalan tersebut memiliki keutamaan.


Judul asli : Shahih Fadhailil A'mal
Penulis : Musthafa Mahdi
Penerbit : Daar Ibnu Hazm, Kairo, cet. 1, 2010M
Penerjemah : Muhammad Ali, Lc
 

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم