Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم

📚┃Materi : Semangat Salaf dalam Meraih Surga
🎙┃ Pemateri : Ustadz Mohammad Alif, Lc Hafizhahullah (Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhori)
🗓┃ Hari, Tanggal : Selasa , 24 Juni 2025 M / 28 Dzulhijjah 1446
🕌┃Tempat : Masjid Miftahul Jannah - Bacem Sukoharjo.



Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan Ustadz mengawali kajian dengan menjelaskan makna salaf.

Merekalah generasi terbaik dan Allah ﷻ meridhoi mereka. Semangat dan cita-cita mereka dapat kita lihat dari sejarah perjuangan mereka.

Beberapa dalil yang menjelaskan pentingnya memiliki cita-cita yang tinggi.

Dalil-dalil dari Al-Qur’an

  • Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Ahqaf Ayat 35:

فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar...

Maka bersabarlah (wahai rasul) atas apa yang menimpamu berupa gangguan dari kaummu yang mendustakanmu sebagaimana para rasul ulul azmi sebelummu bersabar. Mereka (menurut pendapat yang masyhur) adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan kamu salah satu dari mereka.

Maka, kita diperintah untuk bersabar dalam ketaatan, Sabar dalam meninggalkan larangan dan sabar dalam menerima ujian.

  • Dalam ayat lainnya Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 133:

۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Hai orang-orang beriman, berlomba-lombalah kalian dalam beramal shalih agar kalian dapat meraih ampunan dari Tuhan atas dosa-dosa kalian, dan masuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang Allah siapkan bagi orang-orang yang mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya.

  • Dalam surat Al-Baqarah ayat 148 Allah ﷻ berfirman:

فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.

Maknanya bersaing dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan. Berlomba dalam mengerjakan amal amal sholeh yang disyariatkan Allah untuk kalian dalam Islam.

  • Dalam surat Adzariyat ayat 50 Allah ﷻ berfirman:

فَفِرُّوْٓا اِلَى اللّٰهِۗ اِنِّيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌۚ ۝٥٠

Maka, (katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad,) “Bersegeralah kembali (taat) kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas dari-Nya untukmu.

Maka segeralah kembali kepada Allah dengan menaati ajaran-Nya dan menunaikan perintah-Nya.

Ayat-ayat di atas memicu umat Islam untuk memiliki cita-cita yang tinggi.

Dalil-dalil dari Hadits

1. Semangat, Isti'anah dan Jangan Merasa Lemah!

اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ... وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ

Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. (HR. Muslim)

Yaitu semangat dalam ketaatan kepada Allah ﷻ. Jangan merasa lemah dan patah semangat. Dan semua itu tidak dapat terlaksana tanpa pertolongan Allah ﷻ. Karena, Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. (HR. Muslim no. 2664).

2. Mintalah Surga Firdaus karena Surga itu Bertingkat-tingkat

Hal ini dikuatkan dengan hadis-hadis yang shahih. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ في الجنةِ مائةَ درجةٍ ، أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيلِه ، كلُّ درجتيْنِ ما بينهما كما بين السماءِ والأرضِ ، فإذا سألتم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ ، فإنَّهُ أوسطُ الجنةِ ، وأعلى الجنةِ ، وفوقَه عرشُ الرحمنِ ، ومنه تَفجَّرُ أنهارُ الجنةِ

“Surga itu ada 100 tingkatan, yang dipersiapkan oleh Allah untuk para Mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua surga yang berdekatan sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi yang di atasnya terdapat ‘Arsy milik Ar-Rahman, darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga.” (HR. Al-Bukhari no.2790)

  • Anjuran Meminta Surga tiga Kali

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ

”Siapa yang meminta surga 3 kali, maka surga akan berkata: ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan siapa yang memohon perlindungan dari neraka 3 kali, maka neraka akan berkata: ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.” (HR. Ahmad 12585, Nasai 5521, Turmudzi 2572 dan yang lainnya. Hadis ini dinilai hasan oleh Syuaib al-Arnauth dan dinilai shahih oleh al-Albani).

  • Mintalah kepada Allah ﷻ Sebanyak-banyaknya

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُم فَلْيُكثِر ، فَإِنَّمَا يَسأَلُ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Barangsiapa yang mengangankan sesuatu (kepada Allah), maka perbanyaklah angan-angan tersebut. Karena ia sedang meminta kepada Allah Azza wa Jalla” (HR. Ibnu Hibban no. 889, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 437).

Maka perbanyaklah doa kepada Allah, bahkan perkara yang kecil-kecil karena semakin menunjukkan kefaqiran kita di hadapan Allah Ta’ala.

Ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah dorongan agar kita menjadi hamba yang kuat dan bersemangat dalam meraih kebaikan.

Mencontoh Salafus Shalih dalam Beramal

  • Abu Bakar adalah orang yang paling bersemangat dalam beramal

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu yang tidak diragukan kesalihannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.”

Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.”

Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.”

Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, no. 1028).

  • Kedermawanan Abu Bakar Radhiyallahu’anhu Tidak Bisa Ditandingi Siapa Pun

Zaid bin Aslam meriwayatkan dari ayahnya yang mengatakan bahwa dia mendengar Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu berkata, "Rasulullah memerintahkan kami untuk bersedekah dan kebetulan pada waktu itu aku memiliki sejumlah harta."

Aku katakan (dalam hati), "Hari ini (sedekahku) akan melebihi (sedekah) Abu Bakar." Lalu aku membawa sebagian hartaku kepada Rasulullah.

Rasulullah lalu bertanya, "Apakah masih ada harta untuk keluargamu?"

"Masih ada, sama dengan jumlah ini," jawabku.

Kemudian datanglah Abu Bakar dengan menafkahkan semua harta yang dimilikinya. Rasul bertanya, "Wahai Abu Bakar, apakah masih ada harta untuk keluargamu?"

Abu Bakar menjawab, "Aku sisakan bagi keluargaku, Allah dan Rasul-Nya."

Aku pun berkata, "Aku tak mampu mengungguli Abu Bakar selamanya." (HR Tirmidzi)

  • Teladan Rabi'ah dalam Meminta Surga

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami Radhiyallahu ’anhu, beliau berkata:

” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ “. رواه مسلم في ” صحيحه“(489).

Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku menyiapkan air wudhu`dan keperluan beliau. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku:”Mintalah sesuatu!”. Maka sayapun menjawab: ”Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga”. Beliau menjawab:”Ada lagi selain itu?”. “Itu saja cukup ya Rasulullah”, jawabku. Maka Rasulullah bersabda:”Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)”. (HR. Muslim, no. 489).

Jadi ini adalah cita – cita yang sangat tingggi, sahabat ini sangat cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga ia meminta agar bisa menemani beliau di dalam surga. Bukan hal remeh dalam urusan dunia!

  • Kisah Santri dengan Cita-cita yang Tinggi

Al-Kisah ada pondok pesantren yang menyediakan majalah dinding dan menyuruh para santri menulis cita-cita mereka.

Suatu hari kedutaan Saudi berkunjung ke Ponpes tersebut dan duta besar membaca satu persatu tulisan tersebut. Hingga beliau menunjuk satu tulisan dan dia menyuruh memanggil anak yang menulis tersebut.

Subhanallah, kemudian beliau berkata: Tahun ini, kamu dan kedua orang tuamu berangkat Haji! Karena beliau terkesima dengan cita-cita santri yang ditulisnya: Berangkat Haji bersama kedua orang tuaku!

  • Cita-cita Ukasyah Masuk Surga tanpa Hisab dan Azab

Dalam hadis dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘anhu, disebutkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ

“Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab” (HR. Bukhari no. 6541, Muslim no. 220).

Setelah menceritakan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memperbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa. Sebagian dari mereka berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ada pula yang mengatakan, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.” Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka, lalu beliau bertanya, “Apa yang telah kalian perbincangkan?” Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”

‘Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau termasuk bagian dari mereka.” Kemudian ada lagi yang berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ukkasyah telah mendahuluimu.” (HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220)

Hadits ini menunjukkan boleh meminta do’a pada orang yang punya keutamaan yang lebih seperti yang dilakukan oleh Ukkasyah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ukkasyah bin Mihshan adalah di antara 70.000 orang tersebut. Ia adalah di antara penunggang kuda terbaik di kalangan Arab dahulu. Beliau mati syahid tahun 12 H ketika berperang bersama Kholid bin Walid memerangi orang-orang yang murtad.

Kisah Dua Pemuda Pembunuh Abu Jahal

Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu  menceritakan “Pada perang Badar, saya berada di tengah-tengah barisan para Mujahidin. Ketika saya menoleh, ternyata disebelah kiri dan kanan saya ada dua orang anak muda belia. Seolah-olah saya tidak bisa menjamin mereka akan selamat di posisi itu.”

Kedua pemuda belia itu adalah Muadz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin ‘Afra radhiallahu ‘anhu. Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu sangat heran melihat keberadaan kedua anak muda belia itu di dalam sebuah peperangan yang sangat berbahaya seperti perang Badar. Abdurrahman merasa khawatir mereka tidak akan mendapatkan bantuan atau pertolongan dari orang-orang di sekitar mereka berdua, karena usia keduanya yang masih sangat muda.

Kemudian, Abdurrahman bin ‘Auf melanjutkan kisahnya dengan penuh takjub: “Tiba-tiba salah seorang dari kedua pemuda ini bebrisik kepada saya, ‘Wahai Paman, manakah yang bernama Abu Jahal?’ “

Pemuda yang mengatakan hal ini adalah Muadz bin Amr bin Jamuh radhiallahu ‘anhu, dia berasal dari kalangan Anshar, dan dirinya belum pernah melihat Abu Jahal seblumnya. Pertanyaan mengenai komandan pasukan kaum musyrikin, sang lalim yang kejam di kota Makkah dan “Fir’aun umat ini”, menarik perhatian Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu. Lalu dia pun bertanya kepada anak muda tadi, “Wahai anak saudaraku, apa yang ingin kamu lakukan terhadanya?”

 Muadz bin Amr bin Jamuh berkata: “Saya mendapat berita bahwa ia adalah orang yang pernah mencaci maki Rasulullah Sallahu ‘alaihi wasallam. Demi Allah yang jiwa saya dalam genggaman-Nya! Jika saya melihatnya, mata saya tidak akan berkedip memandang matanya hingga salah seorang di antara kami terlebih dahulu tewas (gugur).”

 Mendengar jawaban Muadz, Abdurrahman bin ‘Auf  tidak habis pikir dan takjub. Abdurrahman bin ‘Auf menuturkan “Seorang pemuda belia yang lain (Muawwadz bin Afra) menghentak saya dan mengatakan hal yang serupa.” Lalu Abdurrahman bin ‘Auf melanjutkan kisahnya “tiba-tiba saya melihat Abu Jahal berjalan di tengah-tengah kerumunan orang. Saya berkata, ‘Tidakkah kalian melihat orang itu? Ia adalah orang yang baru saja kalian tanyakan kepadaku.”

Kemudian, kedua orang pemuda pemberani tersebut langsung menghampiri Abu Jahal dan membunuhnya dengan pedang mereka. Lalu dikabarkan bahwa mereka langsung melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan memberikam bukti, yaitu kedua pedang mereka yang berlumuran darah. (HR. Bukhori)

Pesan Salaf untuk Bersemangat dalam Beramal

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة

Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.

Wahib bin Al Warid mengatakan,

إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل

Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridha Allah, lakukanlah.

Maka kita memuji Allah atas nikmatnya dan kita memohon karunia dan rahmat-Nya, dan semoga Dia menempatkan kita di surga dengan upaya dan anugrah-Nya, dan semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi kita Muhammad.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم