بسم الله الرحمن الرحيم
📚 ┃Al-Mukhtaṣar fī Tafsīr Al-Qur`ān Al-Karīm
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.i حفظه الله تعالى - Staff Pengajar Ponpes Al-Madinah Surakarta
🗓┃Pertemuan 1: Kamis, 20 November 2025 / 29 Jumadil Awwal 1447 H
🕰┃ Ba'da Isya [19:30-20:30]
🕌┃ Masjid Ponpes Joglo Qur'an - Boyolali
Tadabbur Surat Nuh #1
Tidak ada bosan-bosannya. Marilah kita senantiasa meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Atas limpahan ni'mat yang telah Allah subhanahu wa ta'ala berikan kepada kita, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu kewajiban untuk thalabul ilmi.
Semoga dengannya akan menghapus dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang Allah ﷻ janjikan kepada para Malaikat-Nya.
Tafsir Surat Nuh 1-4 | Makiyah
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
Sebelum membaca Al-Qur'an hendaknya membaca bacaan ta’awudz berdasarkan perintah Allah Azza wa Jalla :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca al-Qur`ân hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. [an-Nahl/16:98]
*****
١. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
innā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum ‘ażābun alīm
1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”,
- Tafsir: Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya untuk menyeru dan menakuti mereka sebelum mereka kedatangan siksa pedih akibat kesyirikan yang mereka lakukan kepada Allah.
٢. قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ
qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn
2. Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,
- Tafsir: Nuh berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Aku adalah pemberi peringatan kepada kalian dengan peringatan yang jelas tentang datangnya azab yang menunggu kalian jika kalian tidak bertobat kepada Allah.
٣. أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ
ani’budullāha wattaqụhu wa aṭī’ụn
3. (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,
- Tafsir: Inti dari peringatanku kepada kalian adalah ucapanku kepada kalian; sembahlah Allah semata, jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bertakwalah kepada-Nya dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta taatilah aku pada apa yang aku perintahkan kepada kalian.
٤. يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
yagfir lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirkum ilā ajalim musammā, inna ajalallāhi iżā jā`a lā yu`akhkhar, lau kuntum ta’lamụn
4. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”.
- Tafsir: Sesungguhnya jika kalian melaksanakan hal itu, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa kalian yang tidak berhubungan dengan hak-hak manusia dan memanjangkan umur umat kalian di kehidupan dunia hingga waktu tertentu yang hanya diketahui oleh Allah, sehingga kalian bisa memakmurkan bumi ini jika kalian istikamah dalam hal ini. Sesungguhnya kematian itu jika telah datang tidak akan bisa ditunda. Jika kalian mengetahui tentulah kalian akan bersegera beriman kepada Allah dan bertobat dari kesyirikan dan kesesatan yang telah kalian lakukan.”
٥. قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًا
qāla rabbi innī da’autu qaumī lailaw wa nahārā
5. Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
- Tafsir: Nuh berkata, “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya aku telah mengajak kaumku untuk menyembah-Mu dan menauhidkan-Mu siang dan malam dengan terus menerus.
٦. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًا
fa lam yazid-hum du’ā`ī illā firārā
6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
- Tafsir: Seruanku kepada mereka itu tidak menambah mereka melainkan semakin menambah mereka lari dan menjauh dari apa yang aku serukan kepada mereka.
٧. وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا
wa innī kullamā da’autuhum litagfira lahum ja’alū aṣābi’ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ wastakbarustikbārā
7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
- Tafsir: Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada apa yang menyebabkan pengampunan dosa-dosa mereka, yaitu berupa ibadah hanya kepada-Mu semata, menaati-Mu, dan menaati Rasul-Mu, mereka malah menutup telinga mereka dengan jari-jemari mereka agar tidak mendengar seruanku dan mereka menutup wajah mereka dengan pakaian mereka agar tidak melihatku. Mereka terus melakukan kesyirikan dan berlaku sombong dengan tidak mau menerima apa yang aku serukan kepada mereka dan tidak mau tunduk padanya.
٨. ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا
ṡumma innī da’autuhum jihārā
8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan,
- Tafsir: Kemudian aku -wahai Tuhanku- menyeru mereka secara terang-terangan.
٩. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
ṡumma innī a’lantu lahum wa asrartu lahum isrārā
9. kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,
- Tafsir: Kemudian aku meninggikan suaraku kepada mereka dalam berdakwah, juga menyeru mereka dengan sembunyi-sembunyi, serta dengan suara yang lembut, sebagai bentuk meragamkan metode dakwahku kepada mereka.
.١ فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا
fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā
10. maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
- Tafsir: Lalu aku katakan kepada mereka, 'Wahai kaumku! Mintalah ampunan kepada Tuhan kalian dengan bertobat kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun atas dosa-dosa orang yang bertobat kepada-Nya dari hamba-hamba-Nya.
- Surat Nuh termasuk Surat Makiyah.
- Tujuan Pokok Surah Ini: Penjelasan metode berdakwah kepada para dai melalui kisah Nabi Nuh -'alaihissalām-. [ بيان منهج الدعوة للدعاة، من خلال قصة نوح ]
- Beberapa Faedah Ayat-ayat di Halaman Ini:
• خطر الغفلة عن الآخرة : Bahayanya lalai dari akhirat.
• عبادة الله وتقواه سبب لغفران الذنوب: Menyembah Allah dan bertakwa kepadaNya adalah penyebab diampuninya dosa-dosa.
• الاستمرار في الدعوة وتنويع أساليبها حق واجب على الدعاة : Terus menerus berdakwah dan menggunakan berbagai cara dalam berdakwah adalah kewajiban atas para da’i.
- Wajibnya Beriman kepada para Rasul, dalam surat ini adalah nabi Nuh. Alaihi salam. Nuh adalah keturunan kesepuluh dari nabi Adam alaihi salam. Beliau memiliki 4 anak:
- Tiga anak laki-laki yang selamat, yaitu Sam, Ham, dan Yafet.
- Seorang anak keempat yang tidak beriman dan tidak ikut naik ke kapal, bernama Kan'an (atau Yam, tergantung riwayatnya), yang akhirnya tenggelam dalam banjir besar.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 164:
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
- Semua Rasul diutus untuk menjelaskan kepada umatnya adzab Allah ﷻ yang pedih dalam neraka agar mereka takut dan mengabarkan Surga untuk menumbuhkan sifat rodja.
Menguatkan keterangan akan tugas Rasul, termasuk Nuh dengan peringatan yang jelas tentang datangnya azab yang menunggu kalian jika kalian tidak bertobat kepada Allah.
Peringatan Nuh kepada umatnya agar:
- Menyembah Allah ﷻ dan tidak syirik.
Dakwah tauhid adalah dakwahnya para nabi dan Rasul. Allah Ta’ala juga berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut’.” (QS. An-Nahl: 36)
- Bertakwa kepada Allah ﷻ.
Takwa adalah Sikap mental yang penuh kesadaran dan ketaatan kepada Allah ﷻ, yang diwujudkan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
- Ketaatan penuh: Berarti melaksanakan perintah Allah dengan sepenuh hati dan meninggalkan apa yang dilarang.
Keutamaan orang yang bertakwa disebut dalam Surat Al-Anfal Ayat 29:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
- Taat kepada Rasul.
Ketaatan kepada Rasul merupakan bentuk ketaatan kepada Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 59:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam ayat lainnya Surat An-Nisa Ayat 69:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Firman-Nya dalam Surat An-Nisa Ayat 13:
تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدْخِلْهُ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
Itulah janji-janji Allah ﷻ kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa, tinggal manusianya memilih...
Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى، قيل ومن يأبى يا رسول الله؟! قال: من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أبى
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga“ (HR. Bukhari).
يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui".
Maka, jika bertakwa akan diberikan balsan: Diampuni dosa-dosa dan dipanjangkan umur.
Ini merupakan takdir Allah ﷻ, namun kita dibolehkan meminta panjang Umur dalam ketaatan. Dalil bolehnya meminta panjang umur (asalkan dimanfaatkan dalam kebaikan) adalah hadits dari ‘Abdurrahman bin Abi Bakroh, dari ayahnya Abu Bakroh bahwa ada seseorang yang bertanya pada Rasulullah,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
“Wahai Rasulullah, manusia mana yang dikatakan baik?” Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya namun baik amalnya.” “Lalu manusia mana yang dikatakan jelek?”, tanya laki-laki tadi. Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya namun jelek amalnya.” (HR. Tirmidzi no. 2330, beliau katakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shahih lighoirihi). Yang dimaksud dengan “baik amalnya” adalah apabila amalan tersebut ikhlas dan ittiba’ (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Faedah: Beberapa sebab panjang umur adalah bertauhid, takwa dan silaturahim (dalam hadits lainya).
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ telah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa senang apabila dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali kekerabatannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan: Bukankah umur sudah ditetapkan dan tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya?
Kita katakan, benar karena Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-A’raf Ayat 34:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Maka, seseorang yang bertauhid dan suka bersilaturahim ternyata umurnya hanya 55 tahun, misalnya. Di sisi Allah ﷻ bisa jadi umurnya hanya 50 tahun, karena sebab bertauhid dan suka bersilaturahim, maka Allah ﷻ tetapkan umurnya hingga 55 tahun. Wallohu'alam.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم