Kategori Aqidah

Masalah-masalah ilmiyah yang berasal dari Allah dan RosulNya, yang wajib diyakini oleh setiap muslim
Kajian Bertema Aqidah
love muhammadManusia yang paling terpuji di dunia ini adalah Nabi Muhammad . Beliau diutus oleh Allohsebagai penutup Nabi dan rasul, diutus sebagai rahmatan lil alamin. Nama Beliau sering disebut dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Nama beliau senantiasa disebut oleh para ahli hadits, bahkan setiap waktu nama beliau selalu disebut seperti ketika adzan dan iqomat dikumandangkan, ketika tasyahhud dalam shalat, dan ketika membaca atau mendengar nama beliau. Sunnah Beliau ditulis, diamalkan, dibela dan disebarluaskan oleh pembelanya. 

Oleh karenanya, mencintai beliau merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim dan muslimah, bahkan dia harus lebih mencintai Nabi daripada orang-orang kesayangannya. Rasululloh bersabda :

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR. Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167 no.44)

Hanya saja masalahnya, bagaimanakah hakekat cinta kepada beliau?! Sungguh, betapa banyak orang mengaku cinta kepada beliau, tetapi ternyata hanya sekedar pengakuan belaka!! Oleh karenanya, Allah mendustakan pengakuan-pengakuan semu tersebut: 

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Imron: 31) 

Imam Ibnu Katsir berkata: “Ayat mulia merupakan hakim bagi orang-orang yang mengaku cinta Allah tetapi dia tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi, dia dusta dalam pengakuannya sehingga dia mengikuti syariat dan agama Nabi Muhammad dalam setiap ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya”. 

Memuliakan Nabi bukanlah dengan cara-cara yang tidak diridhoi oleh Alloh seperti mengadakan peringatan maulud nabi, isro’ mi'roj, membuat shalawat-sholawat bid'ah yang tidak ada tuntunannya dan amalan bid’ah lainnya. Lalu bagaimanakah seharusnya umat Islam mencintai Nabi yang mulia?!!

Sesungguhnya cinta Rasul bukanlah hanya dengan pengakuan semata, tetapi harus dibuktikan secara amaliyah dengan membenarkan ucapannya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan contohnya. 
 
Lebih rinci lagi, kami akan sedikit memperluas masalah hakekat cinta Nabi ini sebagai berikut: 

1.Beriman kepada Nabi         

Ini adalah kewajiban yang paling pokok. Hal ini mencakup:  

a. Beriman bahwa beliau adalah rasul Allah yang diutus kepada seluruh manusia baik Arab maupun ‘ajam, manusia dan jin.

Allah ta'aala berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ

Katakanlah:  "Hai  manusia  sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua". (QS al-A’rof: 158)  

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ       

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an . (QS al-Ahqof: 29)                                         

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tanganNya, Tidak ada seorangpun dari umat ini baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentangku kemudian dia meninggal dan tidak beriman kepada ajaranku, kecuali dia termasuk ahli neraka. 
 
b. Beriman bahwa beliau adalah hamba yang tidak diibadahi dan rasul yang tidak didustakan. Alloh berfirman; 

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ 

Katakanlah, sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian yang diwahyukan kepadaku bahwa Ilah kamu adalah Ilah yang esa. (QS.al-Kahfi 110). 
 
c. Beriman bahwa beliau adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahnya. 

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab: 40)
 
2. Taat dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan 

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Aku melihat di dalam mushaf maka aku dapati perintah taat kepada rasul terdapat pada 33 tempat”. (as-Sharim al-Maslul hal.56, lihat pula Majmu’ Fatawa 19/103). 

Karena taat kepada rasul pada hakekatnya merupakan bentuk ketaatan kepada Alloh juga. Alloh berfirman; 

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ 

Barangsiapa  yang  menta’ati  rasul,  sesungguhnya  dia  telah  mentaati  Alloh. (QS.an-Nisa 80). 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu. (QS al-Anfal: 24) 

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ 

Apa yang diberikan Rasul maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7) 

Syaikhul Islam mengatakan, “Sungguh ijma’ ummat ini telah menunjukkan wajibnya taat dan ittiba’ kepada rasul, karena as-sunnah itu sebagai sumber hukum syar'i setelah sumber yang pertama yaitu al-Qur’an. (Majmu’ Fatawa 11/339). 

Inilah makna syahadat kita bahwa Muhammad Rasululloh yaitu mentaati semua peintahnya, membenarkan semua beritanya dan menjauhi semua larangannya, serta tidak beribadah kecuali dengan syariatnya. 
 
Aneh bin ajaib, banyak orang mengaku cinta kepada Nabi, tetapi dia tidak melaksanakan perintahnya, melanggar larangannya, bahkan tak hanya itu dia malah mengingkari orang yang melaksanakan perintahnya. Sungguh benar Imam Syafi’I tatkala mengatakan: 

Seandainya cintamu sejati maka engkau akan mentaatinya Sesungguhnya orang yang mencintai itu sangat taat kepada yang dia cintai. 
 
3. Membenarkan berita yang beliau bawa 

Termasuk  pokok  keimanan  adalah  mengimani  kema’suman  nabi  dari  kedustaan. Membenarkan setiap berita yang beliau khabarkan, baik dalam perkara yang telah lampau, masa kini, atau masa akan datang. Alloh berfirman: 

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Dan  tiadalah  yang  diucapkannya  itu  (al-Qur’an)  menurut  kemauan  hawa  nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS.an-Najm 3-4). 

Dari Abdullah bin Amr berkata: Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk kuhafalkan, namun Quraish melarangngku seraya mengatakan: Apakah engau menulis segala sesuatu, padahal Rasulullah adalah seorang manusia yang berbicara ketika marah dan ridha?! Akupun menahan diri dari penulisan sehingga aku mengadukannya kepada Rasullalh, lantas beliau mengisyaratkan dengan jarinya ke mulutnya seraya bersabda: Tulislah, Demi Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah keluar darinya (mulut Nabi) kecuali al-Haq (sesuatu yang jujur dan benar). 

Sebagai seorang muslim, kita mesti percaya bahwa setiap apa yang diucapkan oleh Nabi pasti benar dan tiada kebohongan di dalamnya, karena kita telah mengetahui bersama bahwa apa yang beliau ucapkan adalah berdasarkan bimbingan wahyu dari Rabbul Alamin. 

Kalau demikian keadaannya, maka merupakan kewajiban bagi setiap muslim apabila mendapati sebuah hadits yang shahih adalah membenarkannya, dan membelanya. Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Qayyim ketika berkata, “Termasuk adab kepada nabi bahwa perkataannya tidak boleh dipermasalahkan, bahkan seharusnya pendapat-pendapat itulah yang harus dipermasalahkan dan ditimbang dengan perkataannya, tidak boleh pula nashnya ditentang dengan kias (analogi), bahkan kias itulah yang dibuang karena sudah ada nash. Tidak pula perkataannya diselewengkan dari makna yang hakiki hanya berdasarkan khayalan yang dikira masuk akal, tidak boleh pula berdiam diri untuk menerima apa yang beliau bawa karena mengikuti pendapat orang, semua ini adalah bentuk kurang adab kepada beliau”. (Madarijus Salikin 2/441). 
 
4. Membela beliau, pribadinya, hadits dan sunnahnya

Sesungguhnya membela rasulullah dan menolongnya merupakan tanda terbesar kecintaan dan pengagungan seseorang kepada rasulullah. 

 ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ ۚ

kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepada nya dan menolongnya". (QS. Ali-Imron: 81) 

Bacalah gambaran pembelaan orang -orang orang orang terhadap rasulullah dalam dalam firmanNya berikut berikut ini ; 
                                
Juga bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Alloh dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Alloh dan rasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.al-Hasyr 8). 

Bahkan potret para sahabat telah memberikan gambaran yang mengagumkan tentang pembelaan mereka terhadap rasulullah. Mereka mempertaruhkan harta, jiwa dan anak-anak. Potret mereka terlukis dalam kitab-kitab sirah yang tidak samar bagi orang yang mau membacanya. 
 
Adalah sahabat yang mulia Abu Thalhah tatkala perang uhud beliau menjaga rasulullah dari hujaman anak panah yang mengarah kepadanya, Abu Thalhah berkata, “Demi bapak dan ibuku yang menjadi tebusannya, tidaklah mulia apabila mengenaimu panah dari panah seorang kaum, leherku bukan lehermu”. (HR.Bukhari 4064). Qais bin Abi Hazim berkata, aku melihat tangan Thalhah terputus pada perang uhud karena melindungi nabi. (HR.Bukhari 4064). 

Termasuk membela Nabi adalah dengan menjaga sunnah dan haditsnya dan membersihkan dari kedustaan orang yang berbuat batil, penyelewengan orang-orang yang melampaui batas dan takwil orang-orang yang bodoh. Pernah ada seorang berkata kepada Yahya bin Ma’in: Apakah engkau tidak khawatir bila orang-orang yang engkau kritik tersebut kelak menjadi musuhmu di hari kiamat? Beliau menjawab: “Bila mereka yang menjadi musuhku jauh lebih kusenangi daripada Nabi sholallohu'alaihi wasallam yang menjadi musuhku, tatkala beliau bertanya padaku: Mengapa kamu tidak membela sunnahku dari kedustaan?!!! 

Dan tatkala disampaikan kepadanya sebuah hadits riwayat Suwaid al-Anbari, beliau mengatakan: “Seandainya saya memilki kuda dan tombak, niscaya saya akan memerangi Suwaid!!”. Demikian hendaknya pembelaan kepada sunnah Nabi!! 

Bentuk lain dari membela sunnah nabi juga adalah membantah kerancuan orang-orang yang melecehkan sunnahnya. Seperti orang yang mencela masalah hijab, jenggot, isbal dan lain-lain. 

Muhammad bin Murthadha al-Yamani berkata, “Orang yang menjaga dan membela sunnah nabi bagaikan seorang mujahid fi sabilillah, hendaklah dia mempersiapkan untuk jihad semampunya, berupa peralatan, bekal dan kekuatan, sebagaimana Alloh mengatakan: 

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS.al-Anfal 60). 

Demikian pula telah shahih bahwa malaikat Jibril bersama Hasan bin Tsabit ketika membela rasulullah dengan bai-bait sya’irnya. Demikian pula orang-orang yang membela agama dan sunnahnya setelahnya karena keimanan, kecintaan dan pembelaan terhadapnya”. (Itsarul Haq ‘Ala al-Khalq hal.20, lihat Mahabbatun Nabi wa Ta’zhimuh hal.80). 

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan, “Tidak pantas bagi setiap orang mukmin yang mendengar orang yang menyerang syariat nabi atau kepribadiannya kemudian dia diam akan hal itu padahal dia mampu untuk memberi pembelaan”. (Huquq Da’at Ilaiha al-Fithrah hal.10). 
 
5. Menjadikannya sebagai tuntunan dalam segala urusan hidupnya 

Asal dari perkataan dan perbuatan nabi adalah untuk ditiru dan dicontoh. 

Alloh berfirman: 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu . (QS al-Ahzab: 21) 

Imam Ibnu Katsir berkata: “Ayat mulia ini merupakan pokok dasar dalam mengikuti Nabi dalam ucapannya, perbuatannya dan segala keadaannya”. 

Perhatikanlah bersamaku hadits berikut yang menunjukkan betapa semangatnya para sahabat dalam meniru semua gerakan Nabi, tanpa berfikir terlebih dahulu dengan akal-akal mereka. 
 
Dari Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam bersabda: Suatu kali Rasulullah pernah sholat bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau meletakkan kedua sandalnya dan meletakkanya di sebelah kirinya. Tatkala para sahabat mengetahui hal itu, maka merekapun melepas sandal-sandal mereka. Setelah selesai sholat, Nabi bertanya: Mengapa kalian melepas sandal-sandal kalian? Mereka berkata: Kami melihat engkau melepas sandalmu maka kamipun melepas sandal kami, kemudian Nabi bersabda: Tadi Jibril datang kepadaku dan mengkhabarkan padaku bahwa pada sandalku ada kotoran, lalu beliau bersabda: “Apabila seorang diantara kalian datang ke Masjid, maka hendaknya dia melihat; bila pada sandalnya terdapat kotoran (najis), hendaknya dia mengusapnya dan sholat dengan memakai kedua sandalnya”. 

Lihatlah, bagaimana para sahabat Nabi melepas sandal mereka karena hanya melihat Nabi melakukannya tanpa berfikir telebih dahulu: Mengapakah Nabi melakukan hal tersebut? 

Imam as-Syafi’I mengatakan, “Apabila sesuatu itu telah tetap dari rasulullah, maka wajib bagi semua orang yang mengetahuinya untuk ittiba’ kepada beliau, karena Alloh tidaklah membolehkan bagi seseorang untuk menyelisihi perintahnya”. (ar-Risalah hal.330-Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir-).  

6. Berhukum dengan sunnahnya 

Perkara inipun harus kita realisasikan, hendaklah setiap orang berhukum dengan sunnahnya, berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, diantaranya Alloh berfirman; 

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS.an-Nisa 65). 
 
Apabila segala perselisihan yang ada dikembalikan kepada al-Qur’an dan sunnah insya Alloh akan selesai, dan kehidupan beragamapun menjadi tentram dan damai. Alloh berfirman; 

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. (QS.an-Nisa 59). 

Imam Abdul Aziz al-Kinani berkata: "Tidak ada perselisihan di kalangan orang yang beriman dan berilmu bahwa maksud mengembalikan kepada Allah adalah kepada kitabNya dan maksud mengembalikan kepada rasulullah setelah beliau wafat adalah kepada sunnah beliau. Tidak ada yang meragukan hal ini kecuali orang-orang yang menyimpang dan tersesat. Penafsiran seperti yang kami sebutkan tadi telah dinukil dari Ibnu Abbas dan sejumlah para imam yang berilmu. Semoga Allah merahmati mereka semua". 

Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah juga berkata: “Para ulama salaf dan kholaf telah bersepakat bahwa maksud mengembalikan kepada Allah adalah kepada KitabNya (Al-Qur’an) dan kepada rasulNya di waktu masih hidup dan kepada sunnah beliau bila setelah wafat”.  

7. Menyebarkan sunnahnya 

Termasuk kesempurnaan cinta kita kepada nabi adalah semangat untuk menyebarkan sunnah dan menyampaikannya kepada kaum muslimin. Betapa banyak hadits-hadits yang menganjurkan untuk menyebarkan sunnah nabi. Rasulullah mengatakan Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. (HR.Bukhari 3461). 

Bahkan Alloh akan mencerahkan wajah seseorang yang menyampaikan haditsnya, Rasulullah mengatakan: Semoga Allah mencerahkan wajah seorang yang mendengar sebuah hadits dariku lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar. (Hadits Mutawatir). 

Menyebarkan sunnah nabi termasuk pintu terbesar dalam menunjukkan kecintaan dan pengagungan kita kepada nabi. 
 
8. Mencintai orang yang dicintai Nabi 

Misalnya mencintai istri dan sahabatnya  dan orang yang berpegang kepada sunnahnya.

وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ

Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat.  (QS. Al-Ahzab: 53) 

Rasulullohsholallohu'alaihi wasallam juga bersabda: 

Janganlah kamu mencela sahabatku, seandainya salah satu di antara kamu berinfak sebesar gunung Uhud berupa emas, tidaklah seimbang dengan satu mud salah satu mereka dan tidak pula separuhnya. (HR. Bukhori: 3397) 

Oleh karena itu, kita ketahui bahwa sebagian kelompok yang menodai kehormatan istri dan sahabat Nabi, sesungguhnya pada hakekatnya mereka mencela Nabi. 

9. Berpegang kepada manhajnya dan manhaj shahabatnya 

Rasululloh sholallohu'alaihi wasallam bersabda : Kamu wajib mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk dan menunjukkan jalan yang benar, berpe ganglah dengan sunnahnya dan gigitlah dengan gigi gerahammu. 

Sunnah yang kami maksud adalah berpegang teguh dengan jalan yang ditempuh oleh Nabi dan Khulafa'ur Rasyidin baik berupa keyakinan, perbuatan, dan perkataan. Inilah Sunnah yang sempurna, karena itulah ulama salaf sejak dulu tidak memakai lafazh Sunnah kecuali meliputi semua hal di atas. Ini diriwayatkan dari al-Hasan, Auza’i, dan Fudhail bin ’Iyadh.” 

Imam Ahmad berkata: "Pokok-pokok sunnah menurut kami ialah berpegang teguh kepada shahabat Rasululloh dan mengikuti jejak mereka dan meninggalkan bid’ah". 

Berpegang teguh dengan sunnah Nabi memiliki beberapa faedah, diantaranya: 

1. Menjadikan Nabi kita sebagai suri tauladan 
2. Merasa tegar karena dia berpegang pada pegangan yang kuat 
3. Berusaha untuk berakhlak seperti akhlak Nabi 
4. Menjadi panutan di masyarakatnya. 
5. Menjadikan seorang bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak meremehkan. 

10. Harus menjauhi bid’ah dan membenci ahlinya Bid’ah termasuk perkara yang jelek dalam agama. 

Rasululloh bersabda: Dan jauhkan dirimu dari perkara yang baru (dalam agama) karena setiap yang baru itu bid’ah. 
 
Oleh karena itu, hendaknya kita tidak beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Suatu kali, Umar bin Khoththob mencium Hajar Aswab, beliau berkata: Sesungguhnya saya tahu bahwa kamu hanyalah batu yang tidak bisa memberi manfaat dan menolak madhorot, seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu maka saya tidak menciummu. 

Seseorang yang yang membuat-buat perkara baru dalam agama yang tidak ada contohnya sama saja dia menuduh nabi telah mengkhinati risalah dan tidak menyampaikan seluruhnya. Imam Malik mengatakan, “Barangsiapa yang melakukan bid’ah dalam Islam dan menganggapnya baik, maka sungguh dia telah menuduh Muhammad telah mengkhianati risalah, karena Alloh berfirman Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.(QS.al-Maidah 3). 

Maka apa saja yang pada hari itu tidak termasuk agama, pada hari inipun bukan termasuk agama”. (al-I’tisham 1/64-65-Tahqiq Salim bin Ied al-Hilali-). 

Termasuk tipu daya setan, sebagian orang bodoh dan pengekor hawa nafsu menyangka bahwa perbuatan bid’ah mereka di dalam sunnah nabi termasuk kesempurnaan cinta kepadanya, ini adalah sebuah kebodohan yang nyata, cinta nabi berkonsekwensi untuk menerima terhadap orang yang dicintai, mengikuti sunnahnya dan berjalan diatas perintah dan larangan nabi, bukan dengan berbuat bid’ah dalam agama!!. 

Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Demikian pula tidaklah engkau dapati orang yang berbuat bid’ah kecuali dia telah merendahkan hak nabi sekalipun orang itu mengaku telah mengagungkan nabi dengan bid’ahnya, karena dia menyangka perbuatan bid’ahnya lebih baik dari sunnah atau bahkan bid’ahnya itu dia anggap sunnah apabila memang yang melakukannya adalah orang jahil dan taklid buta, akan tetapi apabila yang melakukannya orang yang berilmu dan paham akan bid’ahnya, maka dia termasuk orang yang mendurhakai Alloh dan rasul”. (Ighatsatul Lahfan 1/130-Takhrij al-Albani-). 

Semoga dengan keterangan ini, Alloh senantiasa memberi petunjuk kepada kita kaum muslimin ke jalan yang diridhoiNya, menjadi hamba yang cinta kepadaNya dan mengikuti sunnah NabiNya. 

11. Tidak mendahulukan perkataan siapapun diatas perkataan nabi Apabila sudah jelas bahwa ini adalah keputusan dan hukum dari nabi, maka tidak boleh di tentang dengan perkataan siapapun, tidak boleh kita menentang hadits nabi dengan perkataan seorang kiai, ustadz, tuan guru, imam ini dan itu, semua ini termasuk perbuatan lancang kepada beliau. 

Sahabat Abdullah bin Abbas pernah mengatakan, “Hampir-hampir batu turun dari langit menghujani kalian, aku katakan Rasulullah berkata demikian, malah kalian berkata Abu Bakr dan umar berkata demikian”. (HR.Ahmad 3121). 

Imam Syafi’I telah menukil ijma para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang setelahnya bahwa orang yang telah jelas baginya sunnah nabi, tidak boleh untuk meninggalkannya berdasarkan perkataan siapapun. (ar-Risalah at-Tabukiyyah hal.40). 

Duhai kiranya orang-orang yang mendahulukan perkataan kiayi dan ustadz mereka, tidakkah mereka merenungi kisah diatas!? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat sebuah pelajaran bagi orang yang masih punya hati 
 
10. Bershalawat untuk nabi 

Termasuk tanda cinta kepada Nabi adalah hendaknya kita sering bershalawat kepadanya, berdasarkan perintah Alloh dalam firmanNya; 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Alloh dan Malaikat-malaikatNya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS.al-Ahzab 56). 

Abu Aliyah mengatakan, “Alloh bershalawat maksudnya adalah pujian Alloh kepadanya disisi malaikat. Adapun shalawat malaikat kepadanya maksudnya adalah do’a untuknya”. (HR.Bukhari secara Mu’allaq, lihat Fathul Bari 8/676, Tafsir Ibnu Katsir 6/457). 

Terlebih lagi apabila nama beliau disebut, maka hendaklah kita bershalawat untuknya, Rasulullah bersabda; 
Orang yang bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dia tidak bershalawat kepadaku. (HR.Tirmidzi 3546, Ahmad 1/201. Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam al-Misykah 933). 

Akan tetapi perlu kita perhatikan bersama bahwa bershalawat kepada beliau adalah dengan jalan yang syar’i, yaitu bersandarkan hadits-haditsnya yang shahih, bukan dengan shalawat-shalawat yang di buat-buat yang tidak jelas asalnya sebagaimana beredar dewasa ini!! Bahkan jika kita lihat maknanya banyak yang mengandung kesyirikan!! Wallohul Musta’an. 

Demikianlah pembahasan kali ini. Kita memohon kepada Alloh ketetapan hati agar tetap tegar berada diatas sunnahnya, berlindung dari segala kesesatan dan penyimpangan. Amiin. Allohu A’lam. 

Download Makalah ini:  Cinta Sejati kepada Sang Nabi

Kajian materi ini oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawy Hafidzahullah {audio download:yes; autostart:yes}Cinta Sejati kepada Sang Nabi|https://archive.org/download/Kajian_al-Quran_sunnah/CintaSejatiKepadaSangNabi1.mp3{/audio}

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini