بسم الله الرحمن الرحيم
📚 Tauhid dan Dampaknya terhadap Kehidupan Seorang Muslim
🎙┃ Syaikh Muhammad Al-Hawiy Hafidzahullah [Kepala Departemen Asosiasi Dakwah Riyadh] | Ustadz Mohammad Alif, Lc. Hafidzahullah [Pengajar Pondok Pesantren Imam Bukhari Solo]
🗓┃Senin, 9 Juni 2025 / 13 Dzulhijjah 1446 H
🕌┃ Masjid Al-Kautsar - Puri Gading Grogol - Sukoharjo
Alhamdulillah, Syaikh berterima kasih atas waktu yang diberikan. Beliau berwasiat dengan wasiat Taqwa sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imrân/3:102]
Kemudian Rasulullah ﷺ juga selalu mengingatkan tentang takwa seperti kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu’anhu.
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).
Demikian juga Nabi ﷺ memberi pesan kepada kepada Abu Najih al-Irbadh bin Sariyyah ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan kepada kami nasehat yang benar-benar menyentuh, hingga membuat hati bergetar dan air mata berlinang.
Lantas kami berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah sebuah nasihat perpisahan, maka berilah kepada kami wasiat.
Beliau bersabda: Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat, sekalipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya, karena siapa saja di antara kalian yang hidup (panjang) sepeninggalku, akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing dan mendapatkan petunjuk, berpegang teguhlah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian.....
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi mengatakan ini hadis hasan shahih).
Tema malam ini adalah masalah yang agung yang dapat menyelamatkan kita dunia dan akhirat, yaitu yang berkaitan dengan perintah bertauhid. Karena Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an :
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Maksud dari beribadah kepada Allah ﷻ adalah perintah mentauhidkan Allah ﷻ. Menjadikan-Nya satu-satunya yang wajib disembah dan Esa, Maka perintah yang paling agung adalah perintah tauhid dan larangan yang paling besar adalah larangan berbuat syirik.
Yang dimaksud kalimat tauhid adalah Laa ilaaha illallah, yang harus diketahui maknanya dengan benar. Tidak sekedar mengucapkan di lisan tetapi membatalkan dengan perbuatan, maka kita harus mempelajarinya. Maka, Tauhid adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul.
Salah seorang sahabat Nabi yang mulia, Mu’adz bin Jabal radliyallaahu anhu pernah menuturkan: “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka hanya beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun. Dan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan mengadzab seorang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (HR. Bukhari: 2856, Muslim: 30).
Demikian juga tatkala Rasulullah ﷺ mengutus Muadz ke negeri Yaman, beliau berpesan: Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- (HR Bukhari Muslim), selanjutnya baru shalat dan seterusnya...
Ini menunjukkan pentingnya dakwah tauhid karena ini menjadi pondasi agama, tidak akan diterima ibadah jika pondasinya rusak karena dicampur dengan kesyirikan.
Tauhid merupakan perintah Allah ﷻ yang paling agung dan syirik adalah larangan yang paling besar. Oleh karena para anbiya dan rasul terus memperingatkan akan bahaya syirik. Maka inilah dakwah para ulama, para dai, untuk selalu mengingatkan umat akan pentingnya tauhid dan bahayanya syirik.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"
Karena itu dakwah tauhid adalah sesuatu yang selalu diulang, dan tidak akan selesai dalam satu malam, kita lihat nabi Nuh alaihi salam berdakwah selama 1000 tahun, nabi Muhammad ﷺ dan Ibrahim juga berdakwah tauhid. Maka, banyak diantara kita yang mengaku muslim dan bernama dengan nama islami tetapi tetap menjalankan kesyirikan, ketika berdo'a dan meminta kepada selain Allah ﷻ.
Tauhid, adalah hal yang pertama kali ditanya di alam kubur. Dalam hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu tentang pertanyaan di alam kubur, saat roh itu dikembalikan lagi ke jasadnya, kemudian dua malaikat mendatangi dan mendudukkannya, lalu menanyakan: “Siapa Tuhan-mu?”. Ia menjawab: “Tuhan-ku Allah”.
Keduanya bertanya lagi: “Apa Agamamu?”. Ia menjawab: “Agamaku Islam”.
Keduanya bertanya lagi: “Siapakah lelaki yang diutus kepada kalian itu?”. Ia menjawab: “Dia adalah utusan Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
Keduanya bertanya lagi: “Apa ilmu yang kau pelajari?”. Ia menjawab: “Aku membaca kitabulloh, aku mengimaninya, dan aku membenarkannya”.
Kemudian ada penyeru dari langit mengatakan: “Hambaku benar, maka hamparkanlah hamparan dari surga, pakaikanlah untuknya pakaian surga, dan bukakanlah baginya pintu menuju surga!”… Maka datanglah kepadanya angin sepoi-sepoi dan bau harumnya surga, diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.
Inilah ahli tauhid, yang mampu menjawab pertanyaan malaikat, meskipun dia bukan penghafal Al-Qur'an, tidak tahu bahasa Arab, akan tetapi karena keimanan yang murni Allah ﷻ mampukan dia menjawabnya. Maka, berusahalah sekuat tenaga untuk memurnikan tauhidnya.
Kemudian, golongan orang-orang kafir dan munafik, mereka tidak mampu menjawabnya. Mereka hanya bisa berkata hah hah hah.. Aku tidak tahu!
Dalam Surat Az-Zukhruf Ayat 87:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?,
Di dunia mereka mampu menjawab Allah ﷻ, akan tetapi di alam kubur mereka tidak mampu menjawabnya.
Saat dikembalikan ruhnya pada jasadnya. Kemudian datanglah dua Malaikat yang mendudukkannya dan berkata: Siapa Rabbmu. Orang itu berkata: Hah...hah...aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Apa agamamu? Orang itu berkata: Hah...hah...aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Siapakah laki-laki ini yang diutus kepada kalian? Orang itu berkata: Hah..hah.. aku tidak tahu. Kemudian penyeru di langit berseru: Orang itu telah berdusta. Hamparkanlah untuknya (permadani) dari Neraka dan bukakanlah untuknya pintu menuju Neraka sehingga ia bisa merasakan hawa panasnya. Disempitkan kuburnya (menghimpitnya) hingga tulang-tulang rusuknya berantakan.
Maka, pelajarilah tauhid yang dibawa melalui Rasul-Nya, apa hak-hak yang perlu dipenuhi, agar kita paham akan konsekuensi ibadah kepada-Nya melalui Rasul-Nya.
Tauhid adalah mengesakan Allah ﷻ dalam beribadah, dan tauhid dibagi menjadi tiga:
- Tauhid rububiyyah: Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya.
Maksudnya adalah meyakini hanya Allahlah yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususann-Nya, seperti menciptakan makhluk, mengaturnya, memberi rezeki, memberi manfa’at, menimpakan musibah/keburukan, menghidupkan, mematikan, dan lainnya yang menjadi kekhususan Allah.
Maka, Jangan sampai kita meyakini ada yang bisa memberi rezeki dan mengatur alam ini selain Allah ﷻ Rabb satu-satunya yang wajib diibadahi.
- Tauhid Uluhiyyah: Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
Maksudnya adalah meyakini hanya Allahlah yang berhak diibadahi, tidak boleh mempersembahkan peribadatan kepada selain-Nya dalam bentuk ibadah lahiriyah maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.
Kalau kita mengakui bahwa Allah ﷻ lah yang mengatur dan menciptakan Alam ini, hanya Dia yang memberi rezeki, maka konsekuensinya adalah kita beribadah kepada-Nya.
Dan pertentangan para Nabi dan Rasul dengan umatnya adalah dalam hal peribadatan ini. Tatkala mereka ditanya siapa yang menciptakannya mereka menjawab Allah ﷻ, akan tetapi tatkala diperintah beribadah mereka menduakannya dengan yang lain.
- Tauhidul Asma was Shifat: Tauhid Nama dan Sifat adalah mengesakan Allah dalam nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia,yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah,dan beriman terhadap makna-makna dan hukum-hukumnya.
Maksudnya adalah meyakini hanya Allahlah yang memiliki nama yang husna (terbaik) dan sifat yang ‘ulya (paling tinggi/sempurna). Sedangkan selain Allah tidaklah berhak dikatakan memiliki nama dan sifat tersebut.
Kita menetapkan, mengimani tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya.
Maka, jaga ketiga tauhid ini agar kita terhindar dari penyimpangan dalam mentauhidkan Allah ﷻ. Karena bisa jadi penyimpangan timbul dari salah satu tauhid ini.
Kemudian di akhir pembahasan ini, beliau memberikan penjelasan tentang buah dari tauhid yang benar, yaitu:
- Dimasukan surga dan selamat dari Neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘laa ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
- Dijamin masuk surga tanpa hisab tanpa azab.
Dalam hadis dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘anhu, disebutkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ
“Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab” (HR. Bukhari no. 6541, Muslim no. 220).
Dalam riwayat Bukhari disebutkan,
هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Mereka itu tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.” (HR. Bukhari no. 5752)
- Dijamin keamanan dan mendapat hidayah
Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya,
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am:82)
- Mendapatkan kecintaan Allah ﷻ
Karena tauhid adalah perintah Allah ﷻ yang paling besar, maka siapa yang mentauhidkan Allah ﷻ maka pasti Allah ﷻ akan mencintainya.
Maka, hendaknya kita bersungguh-sungguh dan semangat belajar dan mewujudkan tauhid baik dzahir maupun batin.
Mudah-mudahan kita dimudahkan untuk istiqomah dan dimatikan dalam keadaan bertauhid.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم