Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah#31

📚┃Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah
🖋 ┃Karya : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Rahimahullah
🎙┃ Pemateri : Ustadz Abu Ubaid Rizqi, Lc, M. Pd. حفظه الله تعالى
       - Alumnus LIPIA Jakarta
       - Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari
🗓┃ Hari & Tanggal : Rutin Setiap Kamis
🕰┃ Waktu : Ba'da Maghrib Sampai Selesai
🕌┃ Tempat : Masjid Al-Ikhlas Adi Sucipto Laweyan, Surakarta.
📖┃ Daftar Isi:



Kewajiban Ittiba' (Mengikuti Jejak) Salafush Shalih Dan Menetapkan Manhajnya #2

Mengikuti manhaj (jalan) Salafush Shalih (yaitu para Sahabat) adalah kewajiban bagi setiap individu Muslim.

Adapun dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya:

A. Dalil-dalil dari Al-Qur-an

  1. Al-Baqarah ayat 137.
  2. Al-An’am ayat 153.
  3. An-Nisaa' ayat 115.
  4. Al-Baqarah ayat 285.
  5. At-Taubah ayat 100.
  6. Ali ‘Imran ayat 110.

B. Dalil-Dalil Dari As-Sunnah

  1. Hadits ‘Abdullah bin Mas‘ud Radhiyallahu anhu (HR. Ahmad (I/435, 465), ad-Darimy (I/67-68).
  2. Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu. [Muttafaq ‘alaihi. HR. Al-Bukhari (no. 2652, 3651, 6429, 6658) dan Muslim (no. 2533 (212)).
  3. Hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu [HR. Ahmad (I/379)].
  4. Hadits ‘Irbadh bin Sariyah (HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676).
  5. Hadits Iftiraqul Ummah dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan (HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241).

C. Dalil-Dalil Dari Penjelasan Para Ulama

  1. Atsar dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu.

Selanjutnya:

  1. Atsar dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّياً فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْباً، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَِلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.

“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah ummat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus.”

  • Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Baar dalam kitabnya Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih (II/947 no. 1810), tahqiq Abul Asybal Samir az-Zuhairi.

🏷 Fiqhul Atsar:

  1. Allah ﷻ memilih para sahabat menjadi sahabat Nabi ﷺ, maka tentu Allah ﷻ tidak mungkin keliru dan asal-asalan dalam memilih pendamping Nabi ﷺ, maka kita dapati Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah, Abdurrahman bin Auf, dan lainya.
  2. Para sahabat adalah pendamping setia Nabi ﷺ. Baik setia kepada pribadinya maupun ajarannya.
  3. Para sahabat adalah para pejuang dan pembela agama Islam, dengan adanya mereka agama Islam tersebar ke seluruh bumi. Seperti sahabat Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi waqash, Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu’anhum menyebar ke Kufah. Demikian juga Abu Musa Al-Asy'ari, Utbah bin Ghazwan, Imran bin Hussain berdakwah Ke Bashrah dan daerah-daerah lainnya.
  4. Para sahabat adalah orang yang paling paham agama Islam, paling takut, paling selamat dan paling bijaksana.
  • Karena mereka hidup dimasa Al-Qur’an diturunkan. Hingga Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata: "Demi Zat yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, tidak ada satu surah pun di dalam Kitab Allah melainkan aku mengetahui di mana ia diturunkan. Juga, tidak ada satu ayat pun melainkan aku mengetahui tentang hal apa ia diturunkan. Seandainya aku tahu bahwa ada orang yang lebih berilmu dariku tentang Kitab Allah, maka pastilah aku akan mendatanginya selama untaku dapat sampai kepadanya."
  • Yang kedua karena mereka bertalaqi langsung dengan Nabi ﷺ. Yaitu mengambil ilmu dari sumber utama, tidak ada perantara hingga tidak ada bias dalam penularan ilmu.
  1. Ijmak sahabat adalah maksum, mustahil mereka bersepakat dalam kesesatan. Apa yang dipandang baik bagi sahabat adalah baik bagi Allah ﷻ dan apa yang dipandang buruk bagi sahabat, maka buruk pula bagi Allah ﷻ. Maka, ijmak para sahabat adalah dalil. Seperti ijmak sahabat terbaik adalah Abu Bakar dan kemudian Umar, maka siapa yang yang mengkafirkan mereka, telah keluar dari Islam.

*****

  1. Atsar dari Imam al-Auza’i (wafat tahun 157 H) rahimahullah mengatakan:

اِصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ، وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ، وَقُلْ بِمَا قَالُواْ، وَكُفَّ عَمَّا كُفُّوْا عَنْهُ، وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ، فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ.

“Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Sahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan Salafush Shalih karena ia akan mencukupimu apa saja yang mencukupi mereka.” [Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (I/174 no. 315)].

  1. Atsar dari Beliau rahimahullah juga berkata:

عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنْ زَخْرَفُوْهُ لَكَ بِالْقَوْلِ.

“Hendaklah engkau berpegang kepada atsar Salafush Shalih meskipun orang-orang menolaknya dan jauhkanlah dirimu dari pendapat orang meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataannya yang indah.”

  • Imam al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah (I/445, no. 127) dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Mukhtasharul ‘Uluww lil Imaam adz-Dzahabi (hal. 138), Siyar A’laamin Nubalaa’ (VII/120) dan Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (II/1071, no. 2077).

Syaikh Al-Fauzan berkata, Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita tatkala terjadi perselisihan pendapat diantara para ulama dalam suatu masalah diantara masalah-masalah [agama]. Yaitu hendaknya kita mengambil pendapat mereka yang memiliki dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah. Dan kita harus meninggalkan segala yang bertentangan dengan dalil.

  1. Atsar dari Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110 H)rahimahullah berkata:

كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ: إِذَا كَانَ الرَّجُلُ عَلَى اْلأَثَرِ فَهُوَ عَلَى الطَّرِيْقِ.

“Mereka mengatakan: ‘Jika ada seseorang berada di atas atsar (Sunnah), maka sesungguhnya ia berada di atas jalan yang lurus.’”

  • HR. Ad-Darimi (I/54), Ibnu Baththah dalam al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqatin Naajiyah (I/356, no. 242). Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah oleh al-Lalika-i (I/98 no. 109).
  1. Atsar dari Imam Ahmad (wafat tahun 241 H) rahimahullah berkata:

أُصُوْلُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا: التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلإِقْتِدَاءُ بِهِمْ وَتَرْكُ الْبِدَعِ وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلاَلَةٌ.

“Prinsip Ahlus Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Sahabat Radhiyallahu anhum dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” [Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa‘ah oleh al-Lalika-i (I/176, no. 317)].

Jadi dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah meyakini bahwa kema’shuman dan keselamatan hanya ada pada manhaj Salaf. Bahwasanya seluruh manhaj yang tidak berlandaskan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih adalah menyimpang dari ash-Shirath al-Mustaqiim, penyimpangan itu sesuai dengan kadar jauhnya mereka dari manhaj Salaf. Kebenaran yang ada pada mereka juga sesuai dengan kadar kedekatan mereka dengan manhaj Salaf. Sekiranya para pengikut manhaj-manhaj menyimpang itu mengikuti pedoman manhaj mereka, niscaya mereka tidak akan dapat mewujudkan hakekat penghambaan diri kepada Allah Azza wa Jalla sebagaimana mestinya selama mereka jauh dari manhaj Salaf. Sekiranya mereka berhasil meraih tampuk kekuasaan tidak berdasarkan pada manhaj yang lurus ini, maka janganlah terpedaya dengan hasil yang mereka peroleh itu. Karena kekuasaan hakiki yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah bagi orang-orang yang berada di atas manhaj Salaf ini. Janganlah kita merasa terasing karena sedikitnya orang-orang yang mengikuti kebenaran dan jangan pula kita terpedaya karena banyaknya orang-orang yang tersesat.

Ahlus Sunnah meyakini bahwa generasi akhir ummat ini hanya akan menjadi baik dengan apa yang menjadikan baik generasi awalnya. Alangkah meruginya orang-orang yang terpedaya dengan manhaj (metode) baru yang menyelisihi syari’at dan melupakan jerih payah Salafush Shalih. Manhaj (metode) baru itu semestinya dilihat dengan kacamata syari’at bukan sebaliknya. [As-Siraajul Wahhaaj fii Bayaanil Minhaaj (hal. 81, no. 166)].

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم