بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
✍🏼┃Karya : Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله تعال
Beberapa Bantahan Terhadap Tuduhan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
Pada pertemuan sebelumnya, telah dibahas bantahan terhadap beberapa tuduhan Ibnu Suhaim terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab bahwa beliau:
- Anti Madzhab.
- Suka mengkafirkan manusia lain.
- Satu-satunya Mujtahid.
- Keluar dari taqlid.
- Membatalkan kitab-kitab dari empat mazhab.
- Manusia tidak mengikuti apapun selama enam ratus tahun: manusia sebagai orang-orang kafir.
Hal tersebut dijelaskan oleh Syaikh Shaleh Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah.
وإني أقول: إن اختلاف العلماء نقمة.
هذا كذب على الشيخ؛ لأن اختلاف العلماء في أمور الفروع والاجتهاد ليس نقمة، العلماء اجتهدوا وبحثوا، فإن أصابوا فلهم أجران، وإن أخطأوا فلهم أجر واحد، فالاجتهاد مطلوب، والاختلاف فيه لا يذم، فالصحابة رضي الله عنهم كانوا يختلفون في الفتوى، كل يقول بحسب ما ظهر له من الدليل، فهذا النوع من الاختلاف محمود؛ لأنه بحث عن الحق.
أما الاختلاف المذموم فهو الاختلاف في الحق، فلا يجوز الاختلاف في الحق بعدما تبين، بل يجب أخذ الحق، ولا تجوز مخالفته.
فالاختلاف على قسمين:
الأول: اختلاف مذموم، قال تعالى: {وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: ١٠٣] ، وقال: {وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ} [آل عمران: ١٠٥] ، فالتفرق والاختلاف مذمومان، فالذي يسبب الارتباك في الحق، والتعصب للباطل مذموم.
الثاني: الاختلاف الذي يبحث فيه عن الحق، فهذا محمود، من أصاب فله أجران، ومن أخطأ فله أجر واحد، وإذا علمنا أنه أخطأ فنحن لا نأخذ بقوله بل بقول من أصاب، هذا هو المطلوب.
Dan aku [Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah] berkata: Tuduhan terhadapku adalah Perbedaan diantara para ulama adalah petaka.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah berkata:
Ini adalah kebohongan terhadap syaikh; karena perbedaan ulama dalam masalah cabang dan ijtihad bukanlah bencana. Para ulama telah berijtihad dan meneliti, jika mereka benar maka mereka mendapat dua pahala, dan jika mereka salah mereka mendapat satu pahala. Oleh karena itu, ijtihad itu diperintahkan, dan perbedaan dalam hal itu tidak tercela. Para sahabat رضي الله عنهم pun berbeda dalam memberikan fatwa, masing-masing berkata sesuai dengan apa yang tampak bagi mereka dari dalil. Jenis perbedaan ini terpuji karena merupakan pencarian tentang kebenaran.
Sedangkan perbedaan yang tercela adalah perbedaan dalam kebenaran; tidak boleh berselisih dalam kebenaran setelah jelas adanya dalil, tetapi wajib mengambil kebenaran dan tidak boleh menentangnya.
Perbedaan dibagi menjadi dua:
- Pertama: perbedaan yang tercela, Allah Ta'ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا) [آل عمران: ١٠٣]
Dan berpeganglah kamu pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai [Ali Imran: 103], dan Dia berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ [آل عمران: ١٠٥]
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata. [Ali Imran: 105], maka perpecahan dan perselisihan itu tercela, yang menyebabkan kekacauan dalam kebenaran dan fanatisme terhadap kebatilan adalah tercela.
- Kedua: perbedaan dalam mencari kebenaran, ini terpuji, siapa yang benar mendapat dua pahala, yang salah mendapat satu pahala, dan jika kita mengetahui bahwa dia salah kita tidak mengikuti perkataannya tetapi mengikuti perkataan orang yang benar, inilah yang diperintahkan.
ولهذا الفقهاء يقولون: لا إنكار في مسائل الاجتهاد، مثلا: تحية المسجد وقت النهي، بعض العلماء يرى أنها تصلى عملا بقوله صلى الله عليه وسلم: «إذا دخل أحدكم المسجد فلا يجلس حتى يصلي ركعتين» ، قالوا هذا عام في أوقات النهي وفي غيرها؛ لأنها من ذوات الأسباب. بينما الجمهور يقولون: وقت النهي لا يصلى فيه، لا تحية المسجد ولا غيرها من النوافل؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن الصلاة بعد العصر حتى تغرب الشمس، ونهى عن الصلاة بعد الفجر حتى تطلع الشمس، فقدموا عموم النهي على عموم الأمر، فمن أخذ بهذا القول فإنه لا ينكر عليه، ومن أخذ بالقول الأول فلا ينكر عليه؛ لأن كلا له مستند، وهذه مسائل اجتهادية لا يجوز فيها التعادي، فالصحابة يختلفون – وهم إخوة - في المسائل الفرعية.
Oleh karena itu para fuqaha berkata: tidak ada penolakan dalam masalah ijtihad, misalnya: Shalat tahiyatul masjid pada waktu yang dilarang. Beberapa ulama berpendapat bahwa itu tetap harus dikerjakan sesuai sabda Nabi ﷺ: «Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, jangan duduk sampai shalat dua rakaat», mereka berkata ini berlaku umum pada waktu yang dilarang maupun selainnya; karena termasuk sebab-sebab yang diperbolehkan. Sementara jumhur ulama berpendapat: pada waktu yang dilarang tidak boleh shalat, baik shalat tahiyatul masjid maupun shalat sunnah lainnya; karena Nabi ﷺ melarang shalat setelah Ashar hingga matahari terbenam, dan melarang shalat setelah Subuh hingga matahari terbit. Maka mereka lebih mengutamakan larangan umum daripada perintah umum. Siapa yang mengikuti pendapat ini tidak boleh dicela, dan siapa yang mengikuti pendapat pertama juga tidak boleh dicela; karena masing-masing memiliki dasar. Dan ini adalah masalah ijtihadiyah yang tidak seharusnya diperdebatkan secara permusuhan, karena para sahabat pun berbeda pendapat – dan mereka adalah saudara – dalam masalah-masalah cabang.
والنبي صلى الله عليه وسلم لما رجع من الأحزاب وجهز الصحابة لغزو يهود بني قريظة فقال: «لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظة» ، بعض الصحابة قال: مقصود الرسول صلى الله عليه وسلم المبادرة، وليس المقصود ألا نصلي إلا عندما نصل بني قريظة. فصلوا في الطريق، والبعض الآخر قالوا: الرسول يقول: «لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظة» ، فأخروا العصر إلى أن وصلوا إلى بني قريظة، فلما سألوا النبي صلى الله عليه وسلم لم ينكر على الفريقين؛ لأن كل واحد منهم له مأخذ من الدليل، فالاجتهاد من هذا النوع لا إنكار فيه، ولا يقال: إنه نقمة، بل يقال: إنه اجتهاد وبحث عن الحق.
Dan ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari perang Ahzab, beliau mempersiapkan para sahabat untuk menyerang Yahudi Bani Quraizhah, lalu beliau bersabda: "Jangan ada salah seorang diantara kalian yang shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah." Beberapa sahabat berkata: Yang dimaksud Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agar bersegera, bukan bermaksud kita tidak boleh shalat kecuali ketika sampai di Bani Quraizhah. Mereka shalat di jalan, dan yang lain mengatakan: Rasul bersabda: "Jangan ada yang shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah," sehingga mereka menunda Ashar hingga mereka sampai di Bani Quraizhah. Ketika mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau tidak menegur kedua kelompok tersebut; karena masing-masing memiliki dasar dari dalil, maka ijtihad dari jenis ini tidak ada celaannya, dan tidak dikatakan itu adalah petaka, melainkan dikatakan itu adalah ijtihad dan pencarian kebenaran.
Referensi: https://shamela.ws/
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم