Kategori Akhlak

Cara bergaul seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para manusia lainnya.
Kajian Islam

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#9 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com

🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 16 Rabi’ul Akhir 1447 / 8 Oktober 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta


 


Akhlak Seorang Muslim terhadap Para Sahabat Rasul ﷺ

Daftar Isi:

خُلق المسلم مع الصحابة

Akhlak Seorang Muslim terhadap Sahabat#2

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu.

Ketahuilah hanya dengan menuntut ilmu, maka segala kebaikan akan kita raih. Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, mafhum mukhalafah dari hadits ini adalah bahwa siapa yang dijauhkan dari ilmu, maka ia dijauhkan dari kebaikan agama yang luas. Na'udzubillahmindalik.

Maka, jika kita tidak menuntut ilmu, maka kita akan kembali ke asal, tidak tahu agama. Dan ilmu hanya bisa didapat dengan ilmu yang paling membutuhkan kesabaran. Imam Syafi'i Rahimahumullah berkata:

مَنْ لَمْ يَذُقْ ذُلَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً # تَجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتـِهِ

Barangsiapa belum merasakan susahnya menuntut ilmu barang sejenak

Ia pasti akan merasakan rendahnya kebodohan seumur hidupnya

Bahkan Nabi ﷺ selalu meminta tambahan ilmu, bukan harta atau urusan dunia lainya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaaha: 114)

Kemudian, telah berlalu pembahasan mengenai 7 poin akhlak seorang muslim kepada Sahabat: https://shorturl.at/EYwHr

8. Tidak Meyakini Kesempurnaan Para Sahabat

٨. عدمُ اعتقادِ عصمتِهِم، بل هم كالبَشَرِ يقعُون في الخطأ، وفي الحديث (كُل بني آدم خطّاء وخير الخطائين التوابون) رواه الترمذي بسند صحيح، ولكن ومع خطئِهم إلا أن حسناتِهم أكثرُ
وأكبر من سيئاتهم.

8. Tidak meyakini kesempurnaan mereka. Sebaliknya, mereka, sebagaimana manusia lainnya, melakukan kesalahan. Dalam sebuah hadits, "Semua anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah mereka yang bertaubat." Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dengan sanad shahih. Namun, terlepas dari kesalahan mereka, amal saleh mereka lebih besar dan lebih banyak daripada amal saleh mereka.

Penjelasan poin 8:

Kita meyakini para sahabat Nabi ﷺ adalah manusia biasa. Hadist yang masyhur sering kita dengar,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Seluruh anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah mereka yang senantiasa bertaubat.”

Dalam hadits ini menggunakan shighat mubalaghah خَطَّاءٌ dengan tasydid, menunjukkan kesalahan yang sangat banyak, dan sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah orang yang segera bertaubat, inilah umat terbaik. Bukan orang yang tidak punya dosa.

Dan anak Adam, jika berdosa maka timbul noktah hitam di hatinya, maka segera bersihkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata jadikanlah hatimu itu seperti kaca yang kokoh dan rapat (air tidak dapat merembes ke dalamnya) sehingga syubhat-syubhat tersebut hanya lewat di depannya dan tidak menempel di kaca.

Sahabat adalah manusia yang bisa salah dan dosa, akan tetapi kebaikan mereka begitu banyak, terlalu banyak kebaikan mereka dibandingkan dengan dosa-dosa mereka, maka tidak pantas untuk mencela mereka.

9. Tidak ikut campur dalam perselisihan yang terjadi di antara mereka.

٩. عدمُ الخوْضِ فيمَا جرَی بينَهُمْ من خِلافاتٍ وفتن.

9. Menahan diri dari ikut campur dalam perselisihan dan pertikaian yang terjadi di antara mereka.

📃 Penjelasan Poin 9:

Menahan diri untuk tidak ikut campur dalam perselisihan sahabat adalah tindakan yang bijaksana, sebagaimana disarankan oleh banyak ulama.

Penting untuk menghormati privasi sahabat dan tidak mencari-cari kesalahan mereka, karena ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang lebih besar. Karena mereka berijtihad yang bisa saja ijtihadnya benar atau salah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا َاجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذََا اجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

“Jika seorang hakim berijtihad lalu benar, maka ia berhak mendapat dua pahala, namun jika ia berijtihad lalu salah, maka ia mendapat satu pahala” [HR. Bukhari no. 3609 dan Muslim no. 2214]

Seperti halnya Ijtihad Ali dan Muawiyah berpusat pada perbedaan pandangan mereka mengenai penuntutan balas (qishash) atas pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan. Maka Kita berpendapat ijtihad Ali mendapat 2 pahala dan Muawiyah 1 pahala.

10. Tidak melebih-lebihkan status mereka

١٠.عدم الغلو فيهم ورفعهم فوق منزلتهم.

10. Menahan diri dari melebih-lebihkan status mereka atau meninggikan mereka di atas status yang semestinya.

📃 Penjelasan 10:

Kita tidak boleh memuji mereka secara berlebihan, kita hanya memuji sesuai dengan manzilah yang telah Allah ﷻ tetapkan.

Sebagaimana sikap ekstrim Syiah terhadap Ali yang menganggap Tuhan, padahal terhadap Nabi ﷺ sekalipun kita tetap bersikap pertengahan apalagi terhadap para sahabat.

Larangan ithra’ dalam hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”

HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu.

11. Membela Mereka dari Orang-orang yang Menjelekan

١١ .الردُّ على من یقُدحُ فيهِمْ ویتكَلّمُ في فضلهِم.

11. Tanggapilah orang-orang yang mengkritik atau menjelek-jelekkan kebaikan mereka.

📃 Penjelasan poin 11:

Tanggapan terhadap kritik terhadap sahabat nabi meliputi kecaman dari Rasulullah ﷺ sendiri, yang mengutuk siapa pun yang mencela sahabat, serta pandangan ulama yang menganggap tindakan itu sebagai bentuk zindiq karena telah mengingkari ajaran Al-Qur'an dan hadits.

Mereka menekankan bahwa para sahabat adalah orang-orang yang adil dan terpercaya dalam menyampaikan ajaran Islam, serta menyoroti bahwa perilaku mengkritik sahabat adalah perilaku fajir (pelaku dosa).

Pandangan Syiah terhadap Abu Hurairah umumnya skeptis dan kritis, terutama terkait banyaknya hadis yang diriwayatkannya, dengan beberapa ulama Syiah. Mereka juga menuduhnya berbohong karena Abu Hurairah dikenal sebagai perawi hadis terbanyak, maka jika beliau dimatikan karakternya, maka banyak hadits yang akan hilang dan merusak islam tanpa terang-terangan. Na'udzubillahmindalik.

Maka mereka menolak shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dan mengganti dengan kitab hadits sendiri, Al-Kafi yang banyak palsunya.

Mereka lebih kufur dari pada Yahudi dan Nasrani karena mereka mengatakan Uzair atau Isa anak Allah ﷻ, tapi Syiah menganggap Imam mereka Imam Mahdi ilmunya dibandingkan Allah ﷻ cuma terpaut 1 huruf. Maka tidak mungkin Ahlussunnah mencela para sahabat.

12. Jangan Mencela Mereka

١٢. عدمُ سبِّهم، وفي الحديثِ (لا تَسُبّوا أصحابي) أخرجه البخاري.

12. Menahan diri dari mencela mereka. Dalam hadis, "Janganlah kalian mencela para sahabatku." (Bukhari)

📃 Penjelasan poin 12:

Ini salah satu prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah, kita tidak boleh mencela sahabat Nabi.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR Bukhari no. 3397 dan Muslim no. 4610)

Allah telah meridhai mereka. Sehingga, bila mencela mereka, berarti menunjukkan ketidak ridhaan kepada mereka.

Kebaikan mereka begitu banyak dalam mengembangkan risalah Islam, dalam sejarah disebutkan seperti Abu Bakar Radhiyallahu’anhu menginfakan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam, seperti yang terjadi pada saat Perang Tabuk. Beliau membawa seluruh hartanya yang berjumlah ribuan dirham, dan ketika ditanya apa yang tersisa untuk keluarganya, beliau menjawab, "Aku meninggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya".

Sumur milik Yahudi yang dibeli oleh Utsman bin Affan adalah Sumur Rumah dengan harga 12.000 dirham, yang kemudian diwakafkan untuk masyarakat Madinah saat terjadi musim kemarau dan kesulitan air. Sumur ini menjadi sumber air bersih yang vital dan kini menjadi salah satu simbol sedekah jariyah yang masih mengalir hingga kini.

Dengan Infak mereka Islam menjadi jaya, sementara Infak kita sekarang tidak ada pengaruhnya terhadap kejayaan Islam, karena Islam sudah tegak.

13. Kita Bersaksi bagi Sahabat yang Dijamin Rasulullah ﷺ bahwa Mereka akan Masuk Surga

١٣. نشْهدُ لِمَنْ شَهِدَ لَهُ الرَّسُولُ صَلَ الهُ علَيْهِ وَسَلَّرً منهم بالجنة، كأبي بكر وعمر وبقيةِ العَشَرَةِ المبشرين بالجنة.

13. Kita bersaksi bagi mereka yang di antara mereka yang disaksikan oleh Rasulullah ﷺ bahwa mereka akan masuk surga, seperti Abu Bakar, Umar, dan sepuluh orang lainnya yang diberi kabar gembira tentang surga.

📃 Penjelasan poin 13:

Kita bersaksi akan kebenaran Sepuluh sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang dijamin masuk surga adalah: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Sa'id bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Kesepuluh sahabat ini disebutkan dalam satu hadits Nabi Muhammad ﷺ.

Jangan sampai anak-anak kita lebih kenal artis dan pemain bola, tetapi tidak tahu para sahabat Nabi ﷺ.

Faedahnya, menurut Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu carilah isteri yang baik, memberi nama yang baik dan mengajari agama. Inilah kewajiban seorang suami atau bapak di rumah, agar menjaga dari api neraka yang diawali dari dirinya dengan menuntut ilmu.

14. Meyakini bahwa Semua Sahabat adalah Adil

١٤. نعتقدُ أنَّهم كلَّهُمْ عدولٌ وثقاتٌ، قالَ تعالى: ﴿لَقَدْرَضِى اُللّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ﴾ [سورة الفتح: آية ١٨]، وفي الحديث (خيرُ الناس قرني) رواه البخاري.

14. Kita meyakini bahwa mereka semua adil dan dapat dipercaya. Allah ﷻ berfirman: "Sesungguhnya Allah telah ridha kepada orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon" (QS. Al-Fath: 18). Dan dalam hadits : "Sebaik-baik manusia adalah generasiku." (HR. Al-Bukhari).

📃 Penjelasan poin 14:

Persaksian dalam Al-Qur’an: Sungguh Allah telah meridhai orang-orang beriman saat mereka membai’atmu (wahai Nabi) dibawah pohon itu. Bai’at ini adalah bai’at ar-Ridhwan di Hudaibiyah. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati orang-orang beriman tersebut, yaitu iman, kejujuran, dan kesetiaan.

Ulama Ahlussunnah sepakat bahwa semua sahabat adil. Hal ini berdasarkan dalil dari Al-Qur'an dan hadis, serta ijma' (konsensus) ulama.

Imam al-Qurtubi menyebutkan bahwa sahabat adalah para wali Allah dan orang-orang pilihan setelah para nabi dan rasul.

Demikianlah Allah berfirman :

وَكَذلكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وسَطًا لِتَكُونُوا شُهَداءَ علَى النَّاسِ

“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi saksi atas (perbuatan) kalian“. Wasath dalam ayat ini bermakna adil. [Hadits Shahih Riwayat Bukhari/Fathul Bari 8 : 171-172 No. 4487].

Allah meridhai mereka (para shahabat dari Muhajirin dan Anshar) dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik.

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalirkan sungai-sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar“. [At-Taubah/9:100].

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

خُلُق المُسْلمِ مع العلماء

Akhlak Muslim dengan Ulama #1

1. Mencintai mereka karena Allah

١. محبتُهُم فِي اللهِ لأنَّهم ورثةُ الأنبياءِ كما صحَّ فِي الحَدِیث.

1. Mencintai mereka karena Allah, karena mereka adalah pewaris para nabi, sebagaimana yang disahihkan dalam hadis.

📃 Penjelasan Poin-1:

Para Nabi tidak meninggalkan uang emas dan tidak juga uang perak, tidak meninggalkan harta. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”

- (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban).

Kita wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin.

2. Meyakini keutamaan dan kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah ﷻ.

٢. اعتقادُ فَضْلِهِم ورفعتهِم عند الله تعالی.

2. Meyakini keutamaan dan kedudukan mereka yang tinggi di sisi Allah ﷻ.

📃 Penjelasan Poin-2:

Keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terlebih Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya:

مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ

“Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”

Merekalah yang menjadi saksi atas keesaan Allah ﷻ bersama para malaikat. Firman-Nya dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 18:

شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa cukuplah satu ayat ini menjadikan dalil keutamaan para ulama karena mereka menjadi saksi atas keesaan Allah ﷻ di muka bumi.

3. Menghormati dan menghargai ulama, baik yang hadir maupun yang tidak hadir.

٣. الاحترامُ والتقديرُ للعالِمِ في حُضُورهِ وغيابه.

3. Menghormati dan menghargai ulama, baik yang hadir maupun yang tidak hadir.

📃 Penjelasan Poin-3:

Menghormati ulama yang hadir

  • Bersikap tawadhu': Tunjukkan kerendahan hati saat berinteraksi dengan mereka.
  • Mendengarkan dan mengikuti nasihat: Dengarkan dengan saksama dan taati nasihat mereka dalam kebaikan.
  • Memberikan ruang: Beri mereka tempat duduk yang layak di majelis ilmu, serta berikan prioritas untuk menjadi imam shalat, dengan aturan sesuai ilmu dan usia.
  • Menjaga kehormatan: Hindari perbuatan atau perkataan buruk yang dapat mencela mereka, serta jangan meremehkan kemuliaan mereka.

Menghormati ulama yang tidak hadir (termasuk yang sudah wafat)

  • Mendoakan mereka: Berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan meninggikan derajat mereka.
  • Meneruskan ajaran mereka: Amalkan ilmu yang telah mereka sampaikan kepada kita dan ajarkan kepada orang lain, sehingga menjadi amal jariyah bagi mereka.
  • Menjaga kehormatan mereka di media sosial: Hindari menyebarkan fitnah atau kritik yang menghina, karena hal itu dapat merusak kepercayaan umat dan merendahkan martabat agama.

Do'akan kebaikan untuk mereka, seperti do'a imam Ahmad kepada Imam Syafi'i. Karena mendo'akan tanpa diketahui akan kembali kepada kita yang mendo'akan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR. Muslim).

4. Bersemangat untuk belajar dari mereka.

٤. الحرص على تلقي العلم عنهم.

4. Bersemangat untuk belajar dari mereka.

📃 Penjelasan Poin-4:

Duduklah Bersama mereka dalam menuntut ilmu, kalaupun tidak bisa duduklah dengan murid-murid mereka atau mempelajari Kitab-kitab dan karya mereka hingga hati menjadi tenang.

Untuk bersemangat belajar dari ulama, tiru semangat mereka dalam menuntut ilmu seperti rajin mendatangi majelis ilmu, rela berkorban, dan tidak mudah patah semangat, serta meminta tolong pada Allah dan bergaul dengan orang-orang sholeh. Ulama terdahulu menunjukkan totalitas dan kesungguhan dalam mencari ilmu, bahkan ketika menghadapi kesulitan atau harus menempuh perjalanan jauh.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini