Kategori Akhlak

Cara bergaul seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para manusia lainnya.
Kajian Islam

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Mukhtashar fii Khuluqil Muslim#16 | Oleh: Sulthan Bin Abdullah Al-‘Umary Hafidzahullah
Download Kitab: s-alamri.com

🎙| Bersama: Al Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
🗓 | Hari/Tanggal: Rabu, 12 Jumadil Akhir 1447 / 03 Desember 2025
🕰 | Waktu: ba'da maghrib - isya
🕌 | Tempat: Jajar Islamic Center Surakarta



Daftar Isi:

خُلُق المُسْلِمِ مَعَ القُرآنِ

Akhlak seorang Muslim dengan Al-Qur'an

١. مَحَبَّثُهُ لأنَّهُ كلامُ اللهِ تَعالى.

1. Mencintainya karena ia adalah firman Allah Ta'ala.

📃 Penjelasan:

Mencintai Al-Qur'an berarti membaca, memahami, dan mengamalkan isinya sebagai bukti cinta kepada Allah ﷻ. Cara melakukannya adalah dengan rutin berinteraksi dengan Al-Qur'an, meniatkan ibadah karena Allah, memahami keutamaan Al-Qur'an, dan berdoa agar dimudahkan dalam mencintainya.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat Thaha Ayat 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

٢. اعْتِقَادُ فَضْلهِ وعلوِّ مكانتِه، وأنَّه أفضَلُ الكُتُبِ المُنزّلة.

2. Keyakinan akan keutamaannya dan tingginya kedudukannya, serta bahwa itu adalah kitab yang paling utama yang diturunkan.

📃 Penjelasan:

Al-Qur'an adalah kalamullah yang mulia, maka siapapun yang berinteraksi dengan Al-Qur’an akan dimuliakan. Malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu Al-Qur'an, malaikat yang mulia, Nabi ﷺ paling mulia karena menerima wahyu Al-Qur'an, generasi sahabat sebagai generasi terbaik karena merekalah yang pertama kali mengimani dan mengamalkan Al-Qur'an, kota Mekah dan Madinah menjadi dua kota suci yang mulia karena tempat Al-Qur'an diturunkan (Makiyah dan Madaniyah), bulan yang paling mulia adalah bulan Ramadhan dimana di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.

Maka, jika kita berhubungan baik dengan Al-Qur'an maka InshaAllah kita akan mulia.

وَعَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رَوَاهُ البُخَارِيُّ .

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 5027]

Keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang paling utama diturunkan, memiliki kedudukan tertinggi, dan merupakan petunjuk hidup adalah inti dari ajaran Islam. Keutamaan utamanya adalah sebagai kalam Allah yang terjaga kemurniannya, pemberi petunjuk (hudan), pembeda (furqan), sumber ketenangan hati, serta pembenar kitab-kitab sebelumnya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat atau pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman [Yûnus/10:57]

Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla mengabarkan tentang anugerah besar yang diturunkan kepada para hamba-Nya, yaitu al-Qur’an yang mulia. Karena di dalam al-Qur’an terdapat nasehat untuk menjauhi perbuatan maksiat, penyembuh bagi penyakit hati, yaitu kelemahan iman, keragu-raguan dan kerancuan dalam memahami agama, serta penyakit syahwat yang merusak hati. Juga terdapat petunjuk, yaitu bimbingan bagi orang yang merenungkan, memahami, dan mengikuti al-Qur’an ke jalan yang bisa mengantarkannya ke surga, serta sebab-sebab untuk mendapatkan rahmat Allâh Azza wa Jalla yang terkandung di dalamnya.

٣. العملُ بِهِ، والتَّخلقُ بِآدَابِهِ، والبُعْدُ عمَّا نَهَى عَنْهُ، وقَدْ كَانَ رَسُولُنا عَليْهِالصَّلَاةُوَلسَلامُ يوصَفُ بأنْ خُلُقَه القُرآن.

3. Mengamalkannya, berakhlak dengan adabnya, menjauhi apa yang dilarangnya, dan sesungguhnya Rasul kita ﷺ digambarkan bahwa akhlaknya adalah Al-Qur'an.

📃 Penjelasan:

Rasulullah ﷺ sebagai teladan terbaik, dan Akhlah Rasulullah ﷺ adalah Al-Qur’an, akhlak Nabi ﷺ adalah wahyu, karenanya jika ada kesalahan Allah ﷻ akan langsung menegurnya.

Contoh akhlak beliau antara lain:

  • Beliau tidak pernah mencela makanan.

Keteladanan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini, beliau tidak pernah mengeluarkan komentar miring sekalipun terhadap masakan atau makanan yang boleh dimakan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Berbeda dengan makanan haram, beliau melancarkan celaan padanya. Bahkan melarang mengkonsumsinya.

Apabila makanan yang dihidangkan beliau sukai, maka beliau menyantapnya. Sedangkan sikap beliau saat menghadapai jamuan yang tidak menarik hati, beliau tidak menjamahnya dengan tanpa mengeluarkan komentar miring apapun terhadapnya.

كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

  • Minum satu gelas bekas bibir Aisyah Radhiyallahu’anha.

Bunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha pernah mengisahkan kenangannya bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kata beliau, "Dulu, aku pernah minum, dan saat itu, aku sedang haid. Lalu, aku sodorkan gelas minumku pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau letakkan bibirnya pada bekas bibirku di gelas, lalu beliau teguk minuman itu. Aku juga pernah menggigit sepotong daging. Waktu itu, aku juga sedang haid. Kemudian, aku berikan potongan daging itu pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau letakkan bibirnya pada bekas gigitanku, lalu menggigit daging itu.” (HR. Muslim)

  • Kesabaran beliau dalam mendengarkan curhat, seperti isteri beliau Maimunah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suka bercengkerama bersama istrinya sebelum tidur. Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,

بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُوْنَةَ فَتَحَدَّثَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ

“Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa lama kemudian beliau tidur.” (HR Bukhari no. 4293 dan Muslim no. 763)

  • Nabi ﷺ Merespon unta yang menangis

Suatu hari untuk suatu tujuan Rasulullah keluar rumah dengan menunggangi untanya. Abdullah bin Ja’far ikut membonceng di belakang. Ketika mereka sampai di pagar salah salah seorang kalangan Anshar, tiba-tiba terdengar lenguhan seekor unta.

Unta itu menjulurkan lehernya ke arah Rasulullah ﷺ Ia merintih. Air matanya jatuh berderai. Rasulullah ﷺ mendatanginya. Beliau mengusap belakang telinga unta itu. Unta itu pun tenang. Diam.

Kemudian dengan wajah penuh kemarahan, Rasulullah ﷺ bertanya, “Siapakah pemilik unta ini, siapakah pemilik unta ini?”

Pemiliknya pun bergegas datang. Ternyata, ia seorang pemuda Anshar.

“Itu adalah milikku, ya Rasulullah,” katanya.

Rasulullah ﷺ berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah karena unta yang Allah peruntukkan kepadamu ini? Ketahuilah, ia telah mengadukan nasibnya kepadaku, bahwa engkau membuatnya kelaparan dan kelelahan.”

Subhanallah! Unta itu ternyata mengadu kepada Rasulullah ﷺ bahwa tuannya tidak memberinya makan yang cukup sementara tenaganya diperas habis dengan pekerjaan yang sangat berat. Kisah ini bersumber dari hadits nomor 2186 yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Kitab Jihad.

٤. الطهارةُ قبلَ مَسِّهِ، لِحَديثِ ((لا يمسُّ القُرْاَنَ إِلَّاَ طاهِرٌ)) صحیح الجامع ٧٧٨٠

4. Bersuci sebelum menyentuhnya, berdasarkan hadis ((Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci)) Shahih Al-Jami' 7780.

📃 Penjelasan:

Larangan memegang mushaf Al-Qur'an:

  • Memegang mushaf Al-Qur'an tanpa wudhu tidak diperbolehkan berdasarkan mayoritas pendapat ulama fiqih, dengan dasar dalil dari Al-Qur'an dan hadits.
  • Kewajiban bersuci ini juga berlaku bagi orang yang sedang berhadats kecil (tidak memiliki wudhu). Namun dibolehkan jika melalui aplikasi handphone atau terjemahan.
  • Bagi yang haidh atau junub hendaknya membaca melalui hafalan dan dilarang menyentuh mushaf.

٥. ترتِيلُ القرآنِ، قالَ تعالى: ﴿وَرَقَّلِ الْقُرْءَانَ نّريلًا﴾ [سورة المزمل: آية ٤] ولأن تحسينَ الصوتِ في التلاوةِ يزيدُ القرآنَ حُسْنًا.

5. Membaca Al-Qur'an dengan tartil

Allah Ta'ala berfirman: Dan bacalah Al-Qur'an dengan perlahan-lahan [Surah Al-Muzzammil: Ayat 4]. Karena memperindah suara dalam membaca akan menambah keindahan Al-Qur'an.

📃 Penjelasan:

Membaca Al-Qur'an dengan tartil berarti membacanya secara perlahan, dengan makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat huruf yang jelas, serta tajwid yang benar. Selain itu, tartil juga menekankan pentingnya merenungkan makna setiap ayat yang dibaca, sehingga pesan di dalamnya bisa meresap ke hati.

Ciri-ciri membaca dengan tartil:

  • Perlahan dan tenang: Tempo bacaan tidak terburu-buru, melainkan lambat dan tenang agar setiap huruf terdengar jelas.
  • Menjelaskan setiap huruf: Mengucapkan setiap huruf hijaiyah dengan makhraj dan sifat yang tepat. Contohnya, ط (tha') tidak dibaca seperti تَ (ta).
  • Memperhatikan harakat: Setiap harakat (fathah, kasrah, dhommah) dibaca dengan jelas sesuai panjang pendeknya.
  • Memperhatikan tajwid: Memperhatikan semua hukum bacaan, seperti tasydid, mad, dan lainnya, sesuai aturan yang telah ditetapkan.
  • Merenungkan makna: Sambil membaca, pembaca juga merenungkan arti dan maksud dari ayat-ayat tersebut agar dapat memengaruhi hati.
  • Berhenti di tempat yang benar: Tidak terputus atau salah berhenti pada bacaan.

وَعَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ لَهُ لَقدْ أُوتِيتَ مِزْمَاراً مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ – متفقٌ عَلَيْه

وفي رواية لمسلمٍ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ- ، قَالَ لَهُ : لَوْ رَأيْتَنِي وَأنَا أسْتَمِعُ لِقِراءتِكَ الْبَارِحَةَ .

Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Sungguh engkau telah diberi salah satu seruling keluarga Daud.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5048 dan Muslim, no. 793]

Sedangkan dalam salah satu riwayat Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, ‘Seandainya engkau melihatku ketika aku mendengarkan bacaaan (Qur’an)mu tadi malam.”

Maka disunnahkan memperbagus suara dalam membaca Al-Qur’an karena hal itu membuat Al-Qur’an enak untuk didengar dan masuk ke dalam hati para pendengarnya.

٦. الخُشُوعُ عِند سَمَاعِهِ، قَالَ تَعَالَى عنْ عبَادهِ الصَّالِحِين: ﴿وَيَخِرُونَ لِلأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا﴾ [سورة الإسراء: آية ١٠٩].

6. Merendahkan diri saat mendengarkannya.

Allah Ta'ala berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang saleh: Dan mereka merendahkan diri dengan menempelkan dagu mereka (ke lantai) dalam menangis, dan hal itu menambah kekhusyukan mereka. [Surah Al-Isra: Ayat 109].

📃 Penjelasan:

Al-Isra ayat 109 ini, ayat yang menggambarkan orang-orang beriman yang tersungkur (bersujud) sambil menangis dan menambah kekhusyukan mereka saat mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an. Ayat ini menekankan dampak emosional dan spiritual Al-Qur'an terhadap orang yang memiliki keimanan mendalam, seperti tangisan karena rasa takut dan tunduk kepada Allah ﷻ.

Mendengarkan Al-Qur'an merupakan ibadah yang dianjurkan dan memiliki banyak manfaat, seperti mendapatkan rahmat, menenangkan jiwa, dan menghibur hati, dengan adab utama adalah mendengarkan dengan khusyuk dan diam.

٧. الإنْصَاتُ عندَ سماعِهِ، قَالَ تعَالى: ﴿وَإِذَا قُرِىَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ, وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾ [سورة الأعراف: آية ٢٠٤].

7. Mendengarkan saat dibacakan

Allah Ta'ala berfirman: Dan apabila Al-Qur'an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik dan diamlah agar kamu mendapat rahmat [Surah Al-A'raf: Ayat 204].

📃 Penjelasan:

Adab mendengarkan Al-Qur'an

  • Dengarkan dan diam: Perintah utama adalah mendengarkan secara saksama dan tidak berbicara saat Al-Qur'an dibacakan agar mendapat rahmat.
  • Perhatikan dan renungkan: Lebih dari sekadar mendengar, hendaknya memperhatikan dan merenungkan makna yang dibacakan untuk mendapatkan petunjuk dan kebaikan.
  • Hindari kebisingan: Jangan membuat kegaduhan atau sibuk dengan hal lain saat Al-Qur'an dibacakan.

٨. محبةُ العَامِلینَ بِهِ.

8. Cinta kepada mereka yang bekerja untuknya.

📃 Penjelasan:

Cinta kepada mereka yang bekerja dan berdakwah untuk Al-Qur'an dapat diwujudkan dengan mencintai orang yang berdedikasi dalam pekerjaan mereka, bekerja secara profesional, dan saling tolong-menolong dalam kebaikan serta takwa.

Beberapa cara untuk mengekspresikan cinta ini adalah dengan mendukung pekerjaan mereka, meneladani semangat profesional mereka, dan bersama-sama berkontribusi dalam kegiatan yang bermanfaat bagi sesama melalui pekerjaan yang dilandasi keikhlasan.

٩. معاداةُ مِنْ يقدحُ فيهِ أوْ يُقَلِّلَ من شَأنِهِ.

9. Memusuhi orang-orang yang Merendahkan Al-Qur’an

📃 Penjelasan:

Siapapun yang membela Al Qur’an, Allah akan mengangkat derajatnya. Sebaliknya siapapun yang merendahkannya, Allah akan meruntuhkan martabatnya.

Karena Al Qur’an adalah kalamullah; firman Allah yang Dia jamin penjagaannya dan kemurniannya. Maka merendahkannya berarti merendahkan Allah ta’ala. Sungguh Dia tidak akan rela dengan siapapun yang merendahkannya. Ingatlah, disamping Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, Allah juga Maha Kuat Perkasa, serta Maha Pedih Siksa dan Hukuman-Nya.

Kaum Muslimin, jadilah pasukan-pasukan pembela Al Qur’an, sehingga Allah memuliakan kalian. Dan jangan sampai kalian merendahkan Al Qur’an atau membela orang-orang yang merendahkannya, sehingga Allah meruntuhkan martabat kalian.

Allah azza wajalla telah berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Harusnya orang-orang yang menyelisihi perintah RasulNya, takut akan mendapatkan cobaan atau azab yg pedih” (QS. Annur: 63).

١٠. اعتقادُ أنَّهُ أصدقُ الكلامِ، قالَ تعالى: وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اُللّهِ قِيلا [سورة النساء: آية ١٢٢].

10. Meyakini bahwa Al-Qur'an adalah sebaik-baik kalam

Firman-Nya: Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ﷻ? (QS. Al-Baqarah ayat 122).

📃 Penjelasan:

Yakni tidak ada yang lebih benar perkataannya daripada Allah ﷻ. Contoh nyata ada pada surat Al-Lahab, dimana paman Nabi ﷺ sampai akhir hayat tidak masuk Islam.

Jika dia masuk Islam, maka berarti Al-Qur’an tidak benar. Dan banyak bukti akan kebenaran Al-Qur’an.

Bukti kebenaran Al-Qur'an meliputi kemukjizatan bahasa dan susunan yang tak tertandingi, kandungan ilmiah yang relevan dengan penemuan modern, ramalan masa depan yang terbukti, serta keaslian dan keutuhan teks yang terjaga sepanjang sejarah. Kemukjizatan ini dianggap sebagai tanda dari Allah SWT sebagai bukti bahwa Al-Qur'an adalah wahyu-Nya, bukan karangan manusia.

١١. الاسْتِشْفَاءُ بِهِ، قَالَ تَعَالى: ﴿قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا هُدَّى وَشِفَاءٌ﴾ [سورة فصلت: آية ٤٤] وقد كان من هَديهِ صَلَ الَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أن يرْقِيَ نفسَه عندَ النَّوْمِ بالمعوذَاتِ، وأرْشَدَنَا إلى التَّدَاوي بالقُرْآنِ في نصوص كثيرة، وكم سمعنا ورأينا مِن أناس شفاهم الله من أمراضهم الروحية أو النفسية أو العضوية بالقرآن.

11. Berobat dengan Al-Qur’an

Firman-Nya dalam Surat Fussilat Ayat 122: Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin". Dari petunjuk beliau ﷺ adalah membaca rukyah untuk dirinya sendiri saat tidur dengan surat-surat perlindungan, dan beliau membimbing kita untuk melakukan pengobatan dengan Al-Qur'an dalam banyak teks. Betapa banyak orang yang kami dengar dan lihat disembuhkan oleh Allah dari penyakit spiritual, psikologis, atau fisik melalui Al-Qur'an.

📃 Penjelasan:

Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al Qur`an dan dengan apa yang diajarkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ruqyah, merupakan penyembuhan yang bermanfaat, sekaligus penawar yang sempurna. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

“Katakanlah: “Al Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman“.[Fushshilat/41 :44].

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan kami turunkan dari Al Qur`an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman“.[Al Isra/17:82].

Pengertian “dari Al Qur`an” pada ayat di atas ialah Al Qur`an itu sendiri. Karena Al Qur`an secara keseluruhan ialah sebagai penyembuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. [Al Jawabul Kafi Liman Sa-ala’anid Dawa-isy Syafi (Jawaban yang memadai bagi orang yang bertanya tentang obat penyembuh yang mujarab), atau Ad Da’wad Dawaa’ (penyakit dan obatnya), karya Ibnul Qayyim, hlm.7].

Jika pengobatan dan penyembuhan itu dilakukan secara baik terhadap penyakit, dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang penuh, keyakinan yang pasti, terpenuhi syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakitpun yang mampu melawannya untuk selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit, yang jika firman-firman itu turun ke gunung, maka ia akan memporak-porandakan gunung-gunung tersebut? Atau jika turun ke bumi, niscaya ia akan membelahnya?

Terdapat Riwayat bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pengobatan dengan tanah dan air ludah, kemudian beliau membaca doa:

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

“Dengan menyebut Nama Allah, (debu) tanah bumi ini dengan air ludah sebagian di antara kami dapat menyembuhkan penyakit di antara kami dengan seizing Robb kami.” (HR. Bukhari).

Penjelasan para ulama menunjukkan bahwa hadits tersebut adalah makna dzahirnya. Bukan takwil atau atau tidak percaya dengan berkata: “masa’ sih tanah dan air ludah yang kotor, jadi obat luka, mungkin ada takwil yang lain”.

Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah menukil perkataan Imam An-Nawawi rahimahullah,

معنى الحديث أنه أخذ من ريق نفسه على إصبعه السبابة ثم وضعها على التراب فعلق به شيء منه ثم مسح به الموضع العليل أو الجريح قائلاً الكلام المذكور في حالة المسح

“Makna Hadits bahwa beliau mengambil air ludah dengan jari telunjuknya kemudian meletakkan (menempelkannya) ke tanah, maka akan ada tanah yang menempel kemudian mengusap tempat yang sakit atau luka sambil mengucapkan doa ketika mengucapkannya.”[Fathul Baari 10/208].

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini