Jika seorang mukmin selalu mengingat nash-nash tentang orang-orang munafik dan apa yang disiapkan Allah bagi mereka berupa penyingkapan skandal di dunia, kesengsaraan di alam barzakh serta azab di akhirat, dijauhkan dari rahmat Allah, dan kekal di neraka, maka semua itu akan menggiringnya pada kebencian terhadap jalannya orang munafik, sehingga Allah menjaganya dari keburukan mereka dan menyelamatkannya.
Jika manusia mengetahui bahwa nifak kecil –yaitu nifak amal- walaupun nifak kecil ini tidak mengeluarkannya dari Islam, namun hal itu menjadi tanda dan bukti akan lemahnya iman empunya. Bahkan boleh jadi hal itu akan menggiringnya terjerumus dalam nifak besar, yaitu keyakinan. Semoga Allah melindungi kita darinya.
Tidak mendengarkan lagu-lagu
Sebagian orang mengira bahwa mendengarkan lagu adalah sumber kebahagiaan, dan kesenangannya. Dengan lagu-lagu itu mereka berusaha untuk melupakan penatnya hidup, dan mereka tidak dapat merasakan dampak buruknya serta tidak mengetahui bahwa itu dapat merusak hatinya, bagaimana tidak? Sungguh lagu-lagu itu adalah perkara yang diharamkan Allah dan dikategorikan dalam perkara sia-sia dan batil.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“dan di antara manusia ada yang membeli perkataan sia-sia demi untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ada ilmu, dan menjadikannya bahan ejekan, sungguh bagi mereka azab yang hina.” (Luqman: 6)
Oleh karenanya, mencintai beliau merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim dan muslimah, bahkan dia harus lebih mencintai Nabi daripada orang-orang kesayangannya. Rasululloh bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR. Bukhari I/14 no.15, dan Muslim I/167 no.44)
Hanya saja masalahnya, bagaimanakah hakekat cinta kepada beliau?! Sungguh, betapa banyak orang mengaku cinta kepada beliau, tetapi ternyata hanya sekedar pengakuan belaka!! Oleh karenanya, Allah mendustakan pengakuan-pengakuan semu tersebut:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Imron: 31)
Imam Ibnu Katsir berkata: “Ayat mulia merupakan hakim bagi orang-orang yang mengaku cinta Allah tetapi dia tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi, dia dusta dalam pengakuannya sehingga dia mengikuti syariat dan agama Nabi Muhammad dalam setiap ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya”.
Memuliakan Nabi bukanlah dengan cara-cara yang tidak diridhoi oleh Alloh seperti mengadakan peringatan maulud nabi, isro’ mi'roj, membuat shalawat-sholawat bid'ah yang tidak ada tuntunannya dan amalan bid’ah lainnya. Lalu bagaimanakah seharusnya umat Islam mencintai Nabi yang mulia?!!
Allah subhanahu wata'aala berfirman:
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ
”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-Nya.” (Al-An'am: 52).
Umar bin Khaththab radhiyallahu mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
”Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.” [HR Bukhari: l/2, Muslim: Vl/48, dari hadits Umar bin Khatthab].
Selengkapnya: Niat: Hakikat, Keutamaan dan Hal-hal yang Berkaitan dengannya.
Bismillah. Was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Saudaraku seiman yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya melakukan dosa sebagaimana sabda Rasulullah, “Setiap manusia pasti melakukan dosa, dan sebaik-baik orang yang melakukan dosa adalah orang yang bertaubat” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah). Dari sabda Rasulullah di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwasannya tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak melakukan dosa. Akan tetapi Rasulullah memberikan kabar gembira bagi siapa saja dari umatnya yang ingin bertaubat dari dosa dengan sebutan “sebaik-baik orang yang melakukan dosa”. Oleh karena itu, manusia yang terbaik adalah manusia yang banyak bertaubat dari dosa-dosanya.
Pembagian dosa
Menurut para ulama, dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil ialah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar. Adapun pengertian dosa besar ialah setiap dosa yang mengharuskan adanya had (hukuman) di dunia, atau yang diancam oleh Allah dengan neraka, laknat, atau murka-Nya. Dari kedua pembagian dosa di atas, kita akan memfokuskan pembahasan pada dosa-dosa besar dan contoh-contohnya.
Contoh-contoh dosa besar
Nabi Muhammad shallallāhu ’alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”. Para sahabat bertanya, “Apa itu?”. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan, menuduh berzina wanita-wanita mukminah yang suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)